REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok tidak dikenal menyasar lalu lintas perairan di Terusan Suez, Mesir. Kepala Pengendalian Terusan Suez Mohab Memish mengatakan, serangan kali ini menyasar sebuah Kapal Tanker Panama Cosco Asia, Sabtu (31/8) kemarin.
Menurut Memish, kejadian kali ini adalah imbas dari kekacauan politik dan keamanan di Ibu Kota Kairo. Memish tidak menyebutkan kelompok dibalik serangan tersebut. Akan tetapi kata dia, satuan keamanan berhasil menggagalkannya.''Ada sekelompok 'terorisme' menggencarkan usaha kekacauan lalu lintas perairan di (Terusan) Suez,'' kata Memish seperti dilansir Reuters, Ahad (1/9).
Meskipun gagal, tapi, kata Memish insiden tersebut menjadi indikator ketidakamanan di terusan sepanjang 163 kilo meter itu.Reuters mengatakan, laporan penyelidikan awal menyebutkan, dua ledakan besar terjadi di Terusan Suez saat kapal pengangkut peti kemas berbendera Panama melintas. Ledakan terjadi sekira pukul 12.30 waktu setempat. Insiden tersebut cepat mendapat reaksi. Tidak ditemukan adanya korban jiwa.
Pemerintahan sementara di Kairo meyakini, sekelompok bersenjata sedang berusaha melakukan sabotase di beberapa titik vital di Mesir. Pemerintah juga mengaitkan serangan tersebut dilakukan oleh sayap bersenjata kelompok Ikhwanul Muslimin.
Terusan Suez merupakan jalur perdagangan laut terpenting bagi Mesir, negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa serta Asia. Terusan yang beroperasi sejak 1870-an itu menghubungkan perairan Samudera Hindia, Laut Merah dan Eropa, tanpa perlu mengitari Benua Afrika. Penguasaan Terusan Suez oleh Mesir membuat Negeri Piramida itu menjadi salah satu penentu perekonomian Eropa dan Timur Tengah.
Aljazeera mengatakan, sabotase Terusan Suez akan mengancam rutinitas ekspor dan impor ke Benua Eropa. ''Militer akan meningkatkan patroli di (Terusan) Suez (pascainsiden),'' sambung Memish.
Sementara itu, sayap politik IM, Partai Keadilan dan Kebebasan Mesir (FJP) menolak seruan perang mengangkat senjata terhadap militer dan pemerintahan sementara. Pernyataan FJP menyusul ajakan kelompok separatis internasional Alqaidah, Sabtu (31/8) kemarin. Salah satu pimpinan FJP Khlaid Hanafi mengatakan, kelompok pendukung Presiden Terpilih 2012 Muhammad Mursi tidak akan angkat senjata melawan pemerintah.
Perlawanan dengan senjata, menurut Hanafi adalah pencideraan terhadap revolusi Mesir.''Kami menolak ajakan Alqaidah. Kami hanya menyasar lembaga-lembaga negara yang culas dengan aksi-aksi damai, '' kata Hanafi, seperti dikutip Anadolu Agency, Ahad (1/9). Hanafi menambahkan, aksi protes damai terhadap pemerintah dan militer tidak akan berhenti sebelum konstitusi 2012 ditaati.