REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Satu kelompok oposisi Suriah di dalam negeri, Senin, menyeru masyarakat internasional agar menghidupkan kembali upaya untuk menemukan penyelesaian politik bagi krisis itu dan bukan mengeluarkan ancaman militer.
Badan Koordinasi Nasional (NCB) mengatakan dalam satu taklimat ancaman serangan militer AS pada dasarnya berpangkal pada kepentingan Washington sendiri dan keamanan Israel, sekutu utama di wilayah tersebut.
Pernyataan itu dikeluarkan sementara Amerika Serikat sedang mempertimbangkan operasi militer terhadap Suriah karena Pemerintah Presiden Bashar al-Assad diduga menggunakan senjata kimia di pinggiran Ibu Kotanya, Damaskus.
"Kami percaya bahwa tindakan AS berpangkal dari kepentingannya sendiri oleh karena itu tujuan dari kemungkinan serangan terhadap Suriah bukan mencapai perubahan demokratis di Suriah," kata Rajaa An-Nasser, anggota terkemuka NCB, dalam satu taklimat, sebagaimana dilaporkan Xinhua Senin malam.
Sementara itu, An-Nasser mendesak dihidupkannya kembali upaya bagi penyelesaian politik di Suriah. "Kami mendesak bagi ... penyelesaian nyata politik dan dicapainya konsensus Amerika-Rusia mengenai dihidupkannya kembali konferensi internasional Jenewa, dan kami kira kembali ke Konferensi Jenewa akan menjadi pengganti yang tepat bagi serangan."
Konferensi yang direncanakan di Jenewa diperkirakan dihadiri oleh wakil dari Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi, dan dirancang sejalan dengan upaya AS-Rusia untuk menghidupkan kembali pilihan politik bagi penyelesaian krisis Suriah. Pertemuan itu ditangguhkan karena sejumlah kendala menghalangi dimulainya konferensi tersebut.
Pemerintah Suriah juga sudah meminta PBB berusaha "mencegah setiap agresi" terhadapnya, kata kantor berita SANA, Senin, sementara Amerika Serikat mempertimbangkan aksi militer terhadap Damaskus.
"Pemerintah Suriah menyeru Sekjen PBB memikul tanggung jawabnya, dan melakukan usaha-usaha untuk mencegah agresi terhadap Suriah," kata kantor berita resmi itu, yang mengutip pernyataan sepucuk surat dari wakil Suriah untuk PBB Bashar al-Jaafari.
Amerika Serikat telah meningkatkan upaya bagi serangan terhadap pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad sehubungan dengan serangan gas beracun 21 Agustus, tapi sekarang menunggu persetujuan Kongres lebih dulu.