REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik LIPI, Ikrar Nusabakti menegaskan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla merupakan dua figur favorit dipilih masyarakat dan paling kecil resistensinya jika mereka berpasangan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.
"Yang paling kecil resistensinya, pasangan capres Jokowi-Jusuf Kalla. Ini peluang menang paling besar," kata pengamat politik LIPI Ikrar Nusabakti di Jakarta, seperti dikutip Antara.
Menurut Ikrar, Jokowi selalu menjadi teratas dari hasil berbagai survei, jika maju sebagai capres. Sementara JK, tambahnya juga selalu teratas jika maju sebagai cawapres.
Sementara, nama Prabowo Subianto memang pada awalnya selalu menempati rangking tertinggi sebelum munculnya nama Jokwi. Namun begitu muncul nama Jokowi, kata dia, maka nama Prabowo menjadi tenggelam.
Ikrar mendesak PDI-P untuk segera mendeklarasikan Jokowi sebagai capres 2014. Menurut Ikrar, Fenomena pemilih PDI-P pada tahun 1999 akan bisa terjadi lagi pada 2014 apabila PDI-P tidak salah strategi lagi.
"Kalau capresnya PDI-P Jokowi, maka akan mudah. Dan itu akan mendongkrak perolehan suara PDI-P pada pemilu legislatif," kata Ikrar.
Menurut Ikrar jika pengumuman capres ditunda setelah pemilu legislatif, maka hal itu akan sangat terlambat dan tidak akan bisa menambah suara PDI-P. Ikrar berharap pada Rakernas PDI-P tanggal 6 s/d-8 September nanti akan ada pernyataan soal capres.
"Kalau alasannya agar Jokowi tidak menjadi sasaran tembak, itu sangat naif. Lebih baik dinyatakan sekarang daripada menunda-menunda. Sekarang tidak disebut saja, Jokowi sudah jadi sasaran tembak," kata Ikrar.
Koalisi PDIP-Golkar
Sebelumnya, Board of Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie, memprediksi setelah Pemilu 2014 PDI Perjuangan mau tak mau harus berkoalisi dengan Golkar jika tak menggandeng Demokrat dan Gerindra.
"Namun tentu bukan Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie. Tapi Golkar pascamunas 2015," ujar Jeffrie, beberapa waktu lalu.
Saat ditanya siapa tokoh Golkar yang berpeluang untuk menjadi calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi? Jeffrie menjawab tokoh Golkar agar memiliki dasar untuk mengambil-alih Golkar pada munas 2015.
"Kemudian Golkar pascamunas tersebut akan berkoalisi dengan PDIP," ungkapnya.
Menurut Jeffrie, Jokowi sebagai capres dari generasi baru tentu harus mencari cawapres yang punya senioritas dalam politik Indonesia, seperti halnya Obama dengan Joe Biden.
"Tokoh Golkar senior tersebut juga sebaiknya mempunyai kemampuan diplomasi luar negeri yang baik, mengingat Jokowi akan fokus mengurus dalam negeri," papar Jeffrie.
Cawapres yang ideal mendampingi Jokowi, kata dia, harus memiliki latar belakang militer. "Kalau sipil, ya sipil yang tegas dan berani."
Lebih baik lagi, tutur Jeffrie, cawapresnya berbeda sukunya dengan Jokowi. Semakin sempurna kalau juga memiliki basis dukungan dari masyarakat yang sudah terbukti.
"Kalau itu terjadi maka partai penguasa pasca2014 adalah PDIP didukung Golkar dengan partai penyeimbang pemerintahan yang dipimpin Demokrat. Kita lihat saja tidak lama lagi, satu tahun lagi," ungkap Jeffrie.