REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memprediksikan awal minggu September ini sudah memasuki musin hujan.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya, Selasa, mengatakan puncak musim kemarau sudah terlewati pada Agustus.
"Selanjutnya, wilayah DIY mulai bertahap memasuki musim hujan, yang akan dimulai pada Oktober mendatang. Posisi kita, diistilahkan seperti huruf 'V'. Saat ini, sudah melewati titik paling bawah dan mulai naik bertahap memasuki musim hujan," katanya.
Menurut dia, wilayah DIY rata-rata musim hujan terjadi pada Oktober 2013 sampai Mei 2014 mendatang. "September minggu pertama ini, pada siang dan sore hari mulai terlihat terbentuk awan. Potensi hujan pun ada, namun tidak akan lebat," katanya.
Ia mengatakan, puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari 2014. "Untuk gangguan cuaca jangka panjang yang dialami wilayah DIY, yaitu kemarau basah, juga akan menambah terjadinya hujan. Sebab, gangguan cuaca tersebut diprediksi selesai pada Oktober," katanya.
Tony mengatakan, gangguan cuaca yang mengakibatkan kemarau basah, berupa suhu laut lebih hangat yang mengakibatkan jumlah uap air meningkat, masih terjadi. "Gangguan ini menyebabkan ada peningkatan 15 persen curah hujan," katanya.
Ia mengatakan, yang perlu dikhawatirkan mengenai cuaca kedepan merupakan gangguan cuaca jangka pendek yang sulit diprediksi. "Gangguan cuaca jangka pendek belum bisa diprediksi. Baru bisa diprediksi pada satu, dua, atau tiga hari sebelum terjadi," katanya.
Ini merupakan kabar baik bagi warga di Kabupaten Gunung Kidul bagian selatan dan Sleman bagian timur yang saat ini mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. "Ini merupakan doa teman-teman dari Gunungkidul selatan dan Sleman timur," katanya.
Warga di Sleman timur yang mengalami kekeringan yaitu di Kecamatan Prambanan. Seperti, di Klumprit I, Klumprit II, Desa Wukirharjo, Gedang Atas, Mlakan, Dawangsari, dan Umbulsari.
Kepala Desa Wukirharjo, Prambanan, Samidjan mengatakan, ini merupakan kabar gembira untuk warganya. Namun, untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat ini, masih membutuhkan bantuan dari pihak Pemerintah Kabupaten Sleman.
"Kabar baik ini, tapi untuk kebutuhan air bersih saat ini masih butuh bantuan. Sekarang masih belum ada dari Pemerintah," katanya.