Rabu 04 Sep 2013 10:11 WIB

Ulama Asal Indonesia Ini Jadi Penghubung Muslim New York dengan NYPD

Rep: Chairul Achmad/ Red: Heri Ruslan
Imam Masjid New York Shamsi Ali
Foto: cp24
Imam Masjid New York Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, Departemen Kepolisian New York (NYPD) kembali sibuk mengawasi sejumlah masjid yang ditengarai sebagai pusat persemaian teroris. Tak terkecuali terhadap Masjid al-Hikmah yang terletak di timur Kota New York, Amerika Serikat.

Imam Masjid al-Hikmah Ustaz Shamsi Ali pun turun tangan. Ia bolak-balik mendatangi markas NYPD, “menggugat” departemen kepolisian terbesar di AS itu atas tindakan mereka menyatroni masjid. Padahal, Masjid al-Hikmah dan sejumlah masjid lain di AS bebas dari segala jenis aksi terorisme.

“Saya menjadi penghubung antara masyarakat dan NYPD. Dan, saya telah melakukan klarifikasi kepada kepala NYPD terkait tuduhan-tuduhan  yang berkembang di luar. Ternyata, NYPD tengah membuka file lama,” tutur Shamsi, saat bertamu ke Republika, pekan lalu.

Berdasarkan keterangan Kepala NYPD Philip Banks, kata Shamsi, pengawasan (surveillance) kembali masjid-masjid di AS karena ada laporan intelijen masuk ke NYPD yang menyebutkan masjid merupakan salah satu sarang teroris.

Tentu saja, Shamsi yang dekat dengan sejumlah tokoh penting di Negeri Paman Sam itu tidak terima. Ia pun mempersilakan NYPD memeriksa masjid yang dipimpinnya. “Saya sangat kecewa. Karena, setelah sekian lama hubungan antara pemerintah AS dan umat Islam mulai harmonis, kecurigaan itu muncul lagi,” ujarnya.

Walau demikian, ia tetap meminta jamaah masjid agar tak patah semangat dalam menjalankan amal ibadah sehari-hari. Menurut Shamsi, jika kita selalu menunjukkan ramahnya wajah Islam, tuduhan tak berdasar itu akan hilang dengan sendirinya. Dan, NYPD pun bakal bosan melakukan pengawasan.

Apalagi, ungkap dia, beberapa saat setelah peristiwa 11 September (9/11), banyak warga AS yang mendapat hidayah dan masuk Islam. “Hampir tiap hari, ada saja warga AS yang menjadi mualaf di masjid kami,” tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement