Rabu 04 Sep 2013 22:56 WIB

Bermewahan Ketika Negara Dilanda Perang

Rep: Ichsan Emerald Alamsyah/ Red: Dewi Mardiani
Asma Al-Assad
Foto: theweek.co.uk
Asma Al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID, Hampir dua setengah tahun rakyat Suriah menderita akibat perang. 100 ribu nyawa melayang dalam perang, begitu juga dengan tujuh juta rakyat Suriah yang memilih kabur dari rumah mereka.

Namun di balik itu semua, ada cerita miris dari Sang Istri Presiden Suriah, Asma al Assad. Berdasarkan laporan berbagai media, ditengah derita rakyat dia, Asma justru menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang mewah. Daily Mail melaporkan, dikutip dari Al Arabiya, meski tinggal di dalam persembunyian di Damaskus, Asma malah berbelanja gila-gilaan. Ia berbelanja sepatu mahal, perhiasan, dan memesan lima lampu kristal senilai 500 ribu dolar AS (Rp 5,5 miliar).

Ia pun memesan makan khas Eropa untuk tiga anaknya, yang artinya mereka tak pernah memakan makanan Suriah. Satu hal yang lebih konyol, ia sempat memasukkan foto ketika ia menggunakan aksesoris kebugaran pada akun instagram.

Mantan Penasehat Assad, Ayman Abdel Nour, mengatakan ibu negara Suriah benar-benar tak memiliki hati. Ia sangat terobsesi terlihat cantik dan indah. Menurut dia, dikutip dari The Haaretz, kebiasaan belanja Asma semakin menguat dalam dua tahun sejak perang saudara dimulai.

Asma juga tampak tak terlihat seperti ibu negara yang sedang dilanda perang. Ketika foto-foto Asma diunggah pada akun instagram milik Bashar Al Assad, ia sedang berada di antara anak-anak kelaparan menggunakan gelang mahal untuk memantau jumlah kalori. Padahal di saat yang sama berdasar foto itu, ia sedang memberi makan mereka. Atau foto lain ketika ia memeluk seorang perempuan Suriah.

Para pengguna lain yang melihat pun marah. Ada yang meminta agar Asma saja yang terbakar bukan kalori dia. Sementara yang lain memilih menyebut, ''kegiatan amal para pembunuh,''. Selama bertahun-tahun, Asma, 38 tahun, memainkan peran sentral mengubah citra sang suami di mata Barat. Khususnya setelah Bashar mendapatkan kekuasaan, ketika sang ayah, Hafez Assad meninggal pada 2000.

Asma lahir di Inggris, belajar di King College di London dan bekerja sebagai seorang bankir investasi di JP Morgan. Emma, begitu waktu kecil ia dipanggil memang memiliki penampilan ala Eropa dan gemar mencari barang mahal. Ia pun, selama perang, telah menjadi bintang dalam setiap foto-foto di akun Bashar. Namun tak dapat dipungkiri, berdasarkan berita Daily Mail tahun lalu, ketika warga negaranya tewas 7 ribu orang per minggu, dia malah sibuk belanja online.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement