REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Persema segera mengajukan banding atas sanksi diskualifikasi yang dijatuhkan Komisi Disiplin PSSI akibat melakukan walkover atau WO dua kali pada putaran pertama Indonesian Premier League (IPL).
Asisten Manajer Persema Dito Arief di Malang, Kamis (5/9), mengaku sampai saat ini manajemen memang belum menerima surat keputusan diskualifikasi tersebut secara resmi. Namun, manajemen sudah menyiapkan banding ke Komisi Disiplin (Komdis PSSI).
"Sampai saat ini kami memang belum menerima surat keputusan (SK) dari PSSI, sehingga kami menunggu dulu. Kalau kepastian diskualifikasi itu sudah kami terima, baru kami layangkan surat bandingnya," kata Dito.
Ia mengaku keberatan atas sanksi yang dijatuhkan Komdis PSSI tersebut, karena diskualifikasi tersebut sangat merugikan dan menghambat pembinaan pemain muda yang dilakukan tim berjuluk Laskar Ken Arok tersebut.
Padahal, kata dia, pemain muda membutuhkan banyak jam terbang untuk memupuk mental tanding di kancah persepakbolaan profesional. "Meski masih ada polemik terkait banding atas sanksi diskualifikasi ini, kami tetap berupaya agar sanksi itu bisa diringankan," tegasnya.
Selain manajemen, para pemain Persema juga menyesalkan sanksi diskualifikasi yang dijatuhkan Komdis PSSI terhadap tim asuhan pelatih Rudy Hariantoko itu, sebab pemain akan kehilangan kesempatan bertanding dalam kompetisi resmi di bawah naungan PSSI.
"Kami sangat menyesalkan keputusan Komdis PSSI ini. Kami sudah bersusah payah bermain pada putaran pertama, namun ternyata harus didiskualifikasi pada putaran kedua," kata salah seorang pemain Persema Dicky Prayoga.
Ia berharap PSSI turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi riil ketiga klub yang didiskualifikasi pada putaran kedua IPL tersebut, yakni Persibo, Persema dan Jakarta FC.
Ketiga klub tersebut didiskualifikasi karena sudah melakukan WO masing-masing dua kali pada putaran pertama akibat mengalami krisis finansial.
Persema mengalami kekalahan WO dua kali ketika dijamu PSM Makassar dan Perseman Manokwari. "Kami berharap PSSI masih bisa memberikan toleransi," harap Dito.