REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Seorang korban kerusuhan antar suporter pada laga Persis Solo menghadapi PSS Sleman menceritakan kejadian yang menimpa dirinya pada laga lanjutan Grup 2 Divisi Utama PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS), Rabu (4/9) kemarin.
Ia mengungkapkan, saat kejadian situasi yang terjadi dalam stadion tampak mencekam. Korban yang sebagian juga merupakan suporter Persis, Pasoepati, Juga mendapat pukulan dari Pasukan Elang Jawa, suporter PSS Sleman. Bahkan, seorang warga Solo mendapatkan pukulan dari suporter Pasoepati karena dikira merupakan suporter dari Sleman.
''Situasinya sangat mencekam. Kisruh, tak ada yang tak tahu siapa yang memukul,'' terang Abraham Nico, salah seorang korban yang dilarikan ke Rumah Sakit Brayat Minulya. Remaja asal Prambanan ini menjadi korban pemukulan suporter Pasoepati, karena ia dianggap sebagai suporter kubu lawan.
''Ya, niatnya pengin nonton juga bareng teman. Saat itu, saya ditanyai asal rumah saya oleh segerombol pria. Tapi, belum sempat menjawab, saya sudah dipukul,'' jawab Nico yang mendapat jahitan bagian kepala.
Salah seorang suporter PSS Sleman, Syarif (20) yang dibawa polisi untuk diamankan di rumah sakit, hanya mengalami sedikit luka lebam akibat bogem mentah di sekitar muka. Dia bersama keempat temannya dilarikan petugas karena dikhawatirkan akan menjadi sasaran kemarah suporter Pasoepati.
''Saat bola hampir memasuki gawang, saya berteriak gol. Lalu, ada seorang pria yang menanyai saya, dan meminta KTP saya. Sehingga terjadi perkelahian, beruntung saya diamankan petugas," ujarnya.
Menteri Sosial DPP Pasoepati, Mohammad Badres, mengatakan, dirinya menyesalkan terjadinya rusuh suporter yang mengakibatkan jatuh korban, baik itu dari kedua kubu suporter maupun penonton biasa. ''Mungkin masih ada korban di luar perawatan medis di RS. Ini kami sedang mendata. Dari RS Brayat Munulyo, terindentifikasi satu korban penonton biasa,'' katanya.