REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Indonesia berupaya merebut pasar produk Turki di Mesir menyusul ketegangan politik kedua negara yang berdampak pula terhadap kerjasama ekonomi dan perdagangan mereka.
"Indonesia harus memanfaatkan peluang pasar di Mesir yang sebelumnya dikuasai Turki karena mencakup komoditas andalan ekspor Indonesia," kata Atase Perdagangan KBRI Kairo, Fetnayeti Winarko dalam perbincangan di Kairo, Kamis (5/9) petang.
Fetnayeti menggarisbawahi pernyataan Federasi Kamar Dagang Industri Mesir (Federation of Egyptian Chambers of Commerce/FEDCOC) pada 28 Agustus 2013 bahwa Pemerintah Mesir akan membekukan perdagangan dengan Turki. Pembekuan kerja sama perdagangan Mesir-Turki itu terkait dengan sikap Ankara yang memanggil pulang Duta Besarnya dari Kairo sebagai protes atas tragedi berdarah di Bundaran Rabiah Adawiyah, Mesir, pada 14 Agustus 2013.
Namun pada Rabu (4/9), Ankara memutuskan untuk mengirim kembali Dubes Huseyin Avni Botsali ke Kairo dan menyatakan bahwa pemanggilan pulang sementara itu tidak dimaknai sebagai pemutusan hubungan diplomatik. Menurut Fetnayeti, ada dua alasan mengapa Indonesia harus merebut pasar tersebut, yaitu pertama, mata dagangan itu memiliki daya saing tinggi di Mesir, dan kedua, produk-produk tersebut merupakan 50 komoditas utama ekspor Indonesia.
Ia mengemukakan, berdasarkan analisis yang dilakukan KBRI Kairo, produk-produk yang memiliki peluang untuk ditingkatkan penetrasi pasarnya ke Mesir antara lain ban mobil, karet, suku cadang kendaraan bermotor, kulkas, freezers, peralatan listik, pemanas dan pendingin udara, aksesoris kendaraan bermotor, sepeda motor dan mobil balap.
Di samping itu, perabot perkantoran dan keperluan rumah tangga, peralatan kendaraan bermotor yang dapat dirakit untuk kepentingan transportasi perorangan. Sementara itu nilai perdagangan bilateral Indonesia-Mesir pada Januari-April 2013 meningkat 5,92 persen menjadi 356,39 juta dolar AS dibandingkan periode sama tahun 2012 yang tercatat 336,47 juta dolar AS.
Neraca perdagangan Indonesia-Mesir selalu mengalami surplus untuk Indonesia, misalnya pada Januari-April 2013 neraca perdagangan mencapai 253,93 juta dolar AS atau naik 11.07 persen dibanding perode sama tahun 2012 sebesar 282,04 juta dolar AS. Adapun total ekspor RI ke Mesir pada 2012 mencapai 834,55 juta dolar AS, menurun 32,96 persen dibanding tahun 2011 sebesar 544,96 juta dolar AS.
Berdasar data perdagangan KBRI Kairo yang diolah dari data Badan Statistik Mesir (CAPMAS), Indonesia menduduki urutan ke-19 mitra dagang sebagai negara importir Mesir. "Bila dibandingkan dengan negara anggota ASEAN, Indonesia menempati posisi pertama, diikuti oleh Thailand dan Malaysia," tutur Fetnayeti.