REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO-- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj memastikan akan menegur organ-organ di jajaran NU yang mendukung pergelaran kontes kecantikan Miss World di Nusa Dua, Bali, pada September ini.
"Nanti kita tegur," kata Said Aqil saat memberikan keterangan pers disela-sela rapat pleno PBNU di Kampus Universitas Sains Al Quran, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (7/9).
Berbeda dengan PBNU yang dengan tegas menolak pergelaran Miss World di Indonesia, salah satu badan otonom NU yakni Gerakan Pemuda Ansor justru mendukung acara tersebut. Sebelumnya PBNU tegas menyatakan acara itu lebih banyak membawa madharat atau kerugian daripada memberikan manfaat.
Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid meminta publik tidak terburu-buru memberikan penilaian negatif terhadap ajang Miss World 2013, sebelum memahami isi atau substansi pelaksanaan acara tersebut. Kontes Miss World, menurut Nusron, merupakan ajang internasional yang memiliki sisi positif terhadap citra Indonesia di mata dunia, potensi ekonomi, dan investasi.
Sikap berbeda dengan PBNU dalam menyikapi pergelaran Miss World juga diperlihatkan Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), lembaga di jajaran NU yang dipimpin Al Zastrouw.
Zastrouw menilai ajang Miss World merupakan masalah kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi sampai turun ke jalan berdemonstrasi. Menurut dia, umat Islam cukup diimbau untuk tidak menonton acara itu.
Sikap menerima pergelaran Miss World juga ditunjukkan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI Marwan Ja'far. Meski bukan organ di jajaran NU, PKB selama ini mengklaim sebagai anak kandung NU.
"Pada prinsipnya penyelenggaran itu kita sambut positif dan berpikir positif," kata Marwan. Menurut Marwan, ajang Miss World murni eksplorasi budaya dan pariwisata, yang tidak tepat jika ditarik ke ranah agama atau menggunakan agama sebagai justifikasi sikap penolakan.
Ia memiliki perspektif berbeda dengan PBNU dalam memandang acara Miss World. Baginya acara itu tidak boleh hanya dimaknai sebagai acara negatif penuh kemaksiatan. "Saya kira acara ini perlu dipandang sebagai diplomasi budaya dan pariwisata," kata Marwan.