REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Upaya menjegal petahana oleh kelompok oposisi di Kamboja, Partai Keselamatan Nasional Kamboja (CNRP) gagal. Komisi Pemilihan Umum Kamboja (NEC) memenangkan Partai Rakyat Kamboja (CPP) sebagai pemenang pesta demokrasi yang sah.
BBC News melansir, pengumuman panitia pemilihan dibacakan pada Sabtu (7/9) waktu setempat. Pengumuman tersebut menandakan kembalinya Perdana Menteri Hun Sen ke kursi kukuasaan serupa. Hunsen akan menjabat sampai lima tahun ke depan.
Pria berusia 62 tahun ini sudah sejak 1998 menduduki kursi perdana menteri. Upaya 'penggulingan' terhadapnya sudah dilakukan berulang-ulang. Termasuk lewat jalur demokratis sekalipun. Tidak terkecuali dalam pemilihan nasional kali ini. Puluhan ribu pendukung oposisi mendesak dilakukan penyelidikan.
NEC mengatakan, penghitungan suara dalam pemilihan nasional Juli lalu menguatkan posisi Hun Sen. Dikatakan, CPP unggul tipis dengan CNRP. Penghitungan suara menyebutkan CPP dipilih oleh 3,2 juta suara. Sedangkan CNPR hanya 2,9 juta suara. CPP berhak atas 68 dari 123 kursi di parlemen.
Pengumuman NEC pun dikuatkan dengan keputusan Dewan Konstitusi. Lembaga yudikasi tersebut menginkrahkan putusan kemenangan CPP. Namun CNRP mengatakan, pemilihan nasional mengalami kecurangan. Kelompok oposan ini menghendaki penyelidikan. Puluhan ribu pendukung oposisi memadati Phnom Penh Freedom Park menolak pengumuman NEC. Mereka mendesak agar dilakukan penyelidikan ulang hasil pemilihan umum.
Pemimpin CNRP Sam Rainsky menuduh ada kolusi antar NEC dengan bekas anggota Khmer Merah tersebut.''Kami di sini (Freedom Park) berkumpul untuk mencari keadilan. Kami mendesak terbentuknya komisi independen untuk menyelidiki kecurangan (pemilihan),'' kata dia, Sabtu (7/9).
Sam adalah pesaing utama bagi Hun Sen.Massa demonstran hingga Ahad (8/9) masih berkerumun di alun-alun ibu kota itu. Pemerintahan Hun Sen hanya memperbolehkan Freedom Park sebagai lokasi satu-satunya untuk berdemonstrasi. Di luar itu dianggap sebagai pelanggaran keamanan negara.
Massa oposisi menandai diri dengan mengikat pita kuning di kepala maupun lengan. Mereka membawa spanduk bertuliskan kemuakan akan kepemimpinan Hun Sen. ABC News mengatakan, demonstrasi kali ini membuat Kedutaan Besar Australia dan Amerika Serikat (AS) mengingatkan kewaspadaan terhadap warganya di Kamboja.