Senin 09 Sep 2013 16:09 WIB

DKN: Mogok Produksi Sebagai Peringatan Keras ke Pemerintah

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Seorang perajin tahu tempe tengah menyelesaikan pembuatan tahu.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Seorang perajin tahu tempe tengah menyelesaikan pembuatan tahu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Kedelai Nasional (DKN) Benny A Kusbini menilai mogok produksi yang dilakukan para perajin tahu dan tempe sejak hari ini (Senin, 9/9) hingga Rabu (11/9) merupakan langkah yang bagus untuk dilakukan karena sebagai langkah peringatan keras kepada pemerintah akibat naiknya harga kedelai.

Dia menjelaskan, para perajin tahu dan tempe tidak mungkin tiba-tiba melakukan mogok produksi tanpa alasan yang jelas. “Mereka (perajin) merasakan ada ketidakadilan. Mereka ingin berusaha produksi tetapi harga kedelai mahal makanya mereka berontak,” katanya saat dihubungi ROL, Senin (9/9).

Dia menambahkan, jika para perajin tidak melakukan hal ini maka pemerintah tidak mendapat peringatan keras bahwa petani kedelai, perajin tahu dan tempe maupun rakyat yang menjerit akibat mahalnya harga kedelai. Bahkan petani sampai tidak mau menanam kedelai. “Jadi kalau bisa mogok produksi dilakukan selama sebulan. Tetapi kasihan juga para perajin nanti berkurang pendapatannya,” ucapnya.

Pihaknya mencurigai ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan atau kartel di dalam situasi seperti ini. Pelaku kartel ini mencari kesempatan terhadap komoditas strategis seperti kedelai, cabai, maupun bawang putih. Artinya, ungkap dia, ada importir yang menimbun stok kedelai supaya harga terus berjalan (naik).