REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengusaha tahu-tempe di sentra Macan Lindungan Palembang ikut aksi mogok produksi yang terjadi secara nasional, namun mereka tetap menyiapkan produksi untuk tiga hari ke depan.
Salah satu pengusaha tempe, Dahlan, di Palembang, Senin mengatakan, pihaknya mulai memproduksi tempe, karena sudah melakukan aksi mogok sejak tiga hari lalu. "Sudah tiga hari tak operasi karena mogok, jadi sekarang mulai berproduksi untuk tiga hari ke depan," katanya.
Sementara, harga kedelai yang melambung tinggi seiring kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah diakuinya begitu memberatkan perajin tempe kecil seperti dirinya.
"Harga mahal dan hampir tiap hari naik, kami jadi susah menentukan harga," kata pria yang sudah memproduksi tempe sejak dua puluh tahun lalu ini. Sejak kenaikan harga kedelai, ia mengaku sudah menaikkan harga tempe Rp500 dari harga biasanya.
Pria yang dibantu keluarganya memproduksi tempe itu menyatakan menolak untuk mengurangi ukuran atau kualitas tempe, dan lebih memilih mengurangi jumlah produksi per harinya.
Menurut Dahlan, memproduksi tempe dengan bahan baku kedelai rata-rata sebanyak 300 kg per harinya.
Dengan jumlah banyak, ia mengaku tidak kesulitan memperoleh pasokan kedelai di agen manapun. "Tapi kadang agen suka nakal dan mencampur kedelai dengan jangung, jadi perajin harus lebih teliti memeriksa kedelai yang dibeli," katanya.
Pada sejumlah pasar tradisional di Kota Palembang sejak dua hari terakhir masing-masing pedagang memang mengurangi jumlah stok tahu dan tempe.