REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Ratusan produsen tempe dan tahu di kawasan Jalan Irigasi Blok Tempe, Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh melakukan mogok produksi. Sejumlah pabrik di sepanjang kawasan tersebut kompak tidak akan memproduksi tempe dan tahu selama tiga hari.
Deretan pabrik pembuat tempe dan tahu terlihat di sepanjang kawasan tersebut. Daerah tersebut hampir semua bekerja sebagai produsen tempe dan tahu.
Tidak seperti biasanya, pada hari ini terlihat sepi beberapa pabrik tidak beroperasi. Tidak terlihat aktivitas pembuatan tempe oleh pekerja. Beberapa orang terlihat hanya berdiam di area rumah yang menyatu dengan pabrik. Jalanan kecil yang di pinggir kali tersebut juga sepi oleh lalu lintas penduduk.
Ketua Koperasi Berkah Amanah Sejahtera (KOPBAS), Taman memaparkan pada kawasan tersebut terdapat ratusan produsen tempe yang memasok kedelai dari koperasi tersebut.
"Produsen atau anggota yang aktif ada 75 orang, tapi kalau keseluruhan 200-an. Kebanyakan 80 persen produsen temped an sisanya produsen tahu," paparnya kepada Republika, Senin (9/9).
Ia mengatakan setiap harinya sekitar tiga ton kedelai per hari yang dipasok kepada produsen. Taman mengatakan beberapa produsen ada yang mengambil mulai dari 50 kilogram sampai dua kuintal.
Saat ini untuk stok kedelai masih ada sekita Sembilan ton namun akibat harga yang melambung tinggi sehingga sangat memberatkan produsen.
Menurut dia harga normal untuk kedelai seharusnya berkisar Rp 7.000 – 7.500 per kilogram. Namun saat ini berkisar Rp 8.000 – 9.500 per kilogram bahkan mendekati angka Rp 10 ribu.
"Dari Juli kedelai naik terus, bahkan naik Rp 200 - 300 setiap hari. Bahkan ada yang dalam hitungan jam sudah naik lagi belum satu hari penuh," ungkapnya.
Ia mengatakan dari stok kedelai dari distributor dan importir ada hanya saja harganya terus naik. Itulah yang memberatkan yang mengancam produsen, pengrajin dan pedagang tempe dan tahu. Ia berharap harga kedelai bisa kembali stabil bahkan turun.
Dadang (36) seorang produsen tempe mengatakan sejak dari kemarin sudah tidak memproduksi tempe. Ia bersama produsen lainnya akan mogok sampai tiga hari ke depan. Namun untuk stok kedelai masih ada untuk hari keempat yaitu 50 kilo gram.
"Untuk tiga hari ini berhenti produksi. Tapi paling nanti malam mulai ngerebus kacang untuk dibuat pada hari keempat setelah mogok," tuturnya.
Sebab dalam pembuatan tempe membutuhkan waktu dua sampai tiga hari. Sehingga apabila akan memproduksi tempe untuk tiga hari kedepan maka perebusan kacang dimulai dari senin malam ini.
Ia mengaku dengan mogok produksi tersebut akan merugikan usahanya. Namun hal itu terpaksa dilakukan untuk kepentingan bersama yaitu ingin harga kedelai kembali stabil. Menurut dia, harga kedelai mencapai Rp 9.500 terlalu tinggi bahkan apabila terus naik bisa mengancam usahanya.