REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi menilai cadangan devisa sebesar 93 miliar dolar AS pada Agustus 2013 cukup hingga kuartal keempat 2013. "Saya kira cukup karena inflasi juga diperkirakan mulai mereda," katanya pada diskusi bertajuk "Indonesia-A Primer on the Balance of Payments" di Jakarta, Selasa (10/9).
Menurut Eric, nilai tukar rupiah juga masih memiliki daya saing dengan nilai mata uang lain, tetapi masih diperlukan koreksi untuk menyesuaikan dengan inflasi.
"Tetapi, harus ada 'improvement' (perbaikan) di kuartal keempat ini karena saya lihat rupiah sudah cukup terdepresiasi, sehingga asing akan mulai masuk lagi ke obligasi dan pasar saham," katanya.
BI mencatat posisi cadangan devisa sampai akhir Agustus 2013 sebesar 93 miliar dolar AS, relatif stabil dibanding posisi akhir Juli 2013 sebesar 92,7 miliar dolar AS.
Dia menilai cadangan devisa yang bertambah tersebut dikontribusi dari lelang FX (foreign exchange) Swap dan deposito berjangka dolar AS. "Saya sendiri belum lihat rinciannya seperti apa, tetapi saya melihatnya BI menambah devisa bukan dari 'balance of payment' (neraca pembayaran)" ujarnya.
Meski demikian ia menilai a cadangan devisa juga memberikan respons positif, meskipun bukan berasal dari neraca pembayaran. "Langkah BI sudah cukup baik, paling tidak menambah kepercayaan pasar, meskipun mereka bertanya-tanya uangnya dari mana," katanya.
Hanya saja ia tetap menganggap intervensi BI cenderung kurang daa, menghadapi cadangan devisa yang berada di bawah 100 miliar dolar AS. "Cadangan devisa kita terkuras banyak di Juni-Juli dan tidak 'seagresif' dulu," katanya.
Dia berharap cadangan devisa bisa bertambah kembali, terutama melalui neraca pembayaran. "Untuk sementara waktu memang agak sulit, tapi yang mungkin BI bisa lakukan adalah menahan sehingga cadangan devisa tidak 'melorot' tajam," katanya.