REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS melemah terhadap euro pada Selasa (10/9) atau Rabu (11/9) pagi WIB. Hal ini terjadi karena ada tanda-tanda bahwa risiko serangan militer pimpinan Amerika Serikat (AS) terhadap Suriah mulai berkurang.
Euro dibeli 1,3266 dolar sekitar 22.00 GMT (Rabu 05.00 WIB) naik dari 1,3250 dolar pada Senin sore. Dolar naik terhadap mata uang Jepang, menjadi 100,40 yen dari 99,59 yen, sementara euro menguat menjadi 133,29 yen dari 131,97 yen.
Dolar kehilangan daya tarik "safe haven"-nya setelah usulan Rusia agar Suriah menyerahkan seluruh senjata kimianya di bawah pengawasan internasional meingkatkan traksi, kata Kathy Lien, dari BK Asset Management. Sejak gagasan ini pertama kali dilayangkan pada Senin, ia telah mengumpulkan dukungan global yang kian meluas dan Amerika Serikat, Prancis, serta Inggris sekarang bekerja pada sebuah resolusi yang berjalan mendahului PBB.
"Sementara keputusan akhir masih belum dibuat, berkembang kemungkinan pemerintah AS akan memilih solusi diplomatik daripada solusi militer dan itu akan mengurangi permintaan untuk dolar AS," kata Lien, seperti dilansir dari AFP, Rabu.
Pidato Presiden Barack Obama tentang Suriah melalui televisi dijadwalkan pada pukul 21.00 waktu setempat (Rabu 01.00 GMT), diperkirakan akan dipantau secara ketat di tengah situasi yang cepat berubah. "Pidato tersebut cenderung berfokus pada menemukan solusi diplomatik sementara menunda hak untuk aksi militer terhadap Suriah," kata para analis Briefing.com.
"Menambah suasana pasar yang menguntungkan adalah berita ekonomi hari ini dari Cina, termasuk pertumbuhan kuat di sektor ritel dan industri," kata Nick Bennenbroek dari Wells Fargo Securities. Pound Inggris menguat menjadi 1,5733 dolar dari 1,5695 dolar pada Senin sore. Dolar naik menjadi 0,9350 franc Swiss dari 0,9324 franc.