REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Keluarga Bripka Sukardi, anggota provost Polair Mabes Polri tewas yang ditembak oleh orang tak dikenal di depan gedung KPK, Selasa (10/9) malam, terkejut dengan kejadian tersebut. Terlebih, Bripka Sukardi sempat berkomunikasi dengan adiknya beberapa jam sebelum penembakan.
"Suami saya (Briptu Supriadi, adik kandung Bripka Sukardi) sempat berkomunikasi via telepon, beberapa jam sebelum peristiwa penembakan terjadi," tutur Sukarti, adik ipar almarhum Bripka Sukardi di Kelurahan Kedungwaru, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Rabu.
Tidak dijelaskan materi obrolan yang diperbincangkan kedua kakak beradik anggota Polri yang berbeda wilayah tugasnya tersebut. Sukarti hanya menjelaskan bahwa selama dua-tiga hari terakhir sebelum almarhum ditemukan tewas ditembak, Bripka Sukardi sering menelepon saudara-saudaranya di Tulungagung.
"Terakhir suami saya ditelepon almarhum sekitar pukul 08.00 WIB (Selasa, 10/9). Tetapi karena sama-sama memiliki jadwal piket malam (Selasa malam), mereka bersepakat untuk melanjutkan komunikasi malam harinya, mungkin supaya waktunya lebih longgar untuk berembug," imbuhnya.
Pengakuan serupa disampaikan anggota keluarga Bripka Sukardi yang lain di Tulungagung.
Menurut Toimah, kakak ipar Bripka Sukardi, almarhum tidak hanya aktif menelepon Briptu Supriadi yang bertugas di Polsek Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, tetapi juga kepada saudara-saudaranya yang lain, termasuk sang ibunda Surati yang telah berusia uzur (70 tahun lebih).
"Kami tidak tahu apakah itu firasat atau bukan, yang pasti beliau aktif menghubungi keluarga di Tulungagung akhir-akhir ini," timpal Toimah.