Rabu 11 Sep 2013 20:45 WIB

Anomali Cuaca Picu Peningkatan Kasus Demam Berdarah

Nyamuk demam berdarah
Nyamuk demam berdarah

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan anomali atau penyimpangan cuaca memengaruhi peningkatan jumlah kasus demam berdarah dengue dalam kurun waktu Januari hingga awal September.

"Mulai awal tahun 2013 sudah terjadi ketidaktentuan cuaca sehingga mengakibatkan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) meningkat jauh dibanding tahun lalu," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan (Dinskes) DIY, Daryanto Chadorie di Yogyakarta, Rabu.

Sesuai dengan data Dinkes DIY, jumlah kasus DBD di lima kabupaten/kota di daerah setempat mulai Januari hingga awal September 2013 tercatat 2.463 kasus.

Jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Bantul sebanyak 865 kasus, disusul Kota Yogyakarta 780 kasus, Kabupaten Sleman 455 kasus, Kabupaten Gunung Kidul 264 kasus, dan Kabupaten Kulon Progo 99 kasus.

Jumlah tersebut meningkat drastis dari jumlah kasus DBD periode yang sama pada tahun 2012 yang hanya mencapai 605 kasus.

Menurut Daryanto, jumlah tersebut masih berpotensi meningkat apabila tidak ditanggulangi secara intensif mengingat Oktober telah memasuki masa pancaroba.

Dinkes DIY, menurut dia, dalam upaya penanggulangan lonjakan jumlah kasus DBD, secara intensif telah membagikan Rapid Diagnostic Tests(RDT) sebagai alat bantu pendeteksi DBD ke seluruh puskesmas di seluruh kabupaten dan kota.

Menurut dia, alat bantu tersebut cukup signifikan dalam menekan angka kematian akibat DBD. Pada periode Januari--September 2013 jumlah kematian akibat DBD dapat ditekan hanya berjumlah enam orang.

"Dalam 15 menit RDT mampu mendetksi positif DBD atau tidak pada pasien sehingga angka kematian akibat DBD di wilayah endemis tahun ini dapat diminimalisasi,"katanya.

Selanjutnya, pihaknya juga telah mempersiapkan berbagai kebutuhan logistik untuk mengantisipasi lonjakan DBD, seperti insektisida dan larvasida untuk abatisasi.

Sementara itu, hal yang lebih penting, menurut dia, yakni upaya masyarakat DIY untuk dapat mengondisikan lingkungan, baik di dalam maupun di luar rumah, menjelang musim pancaroba.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement