REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi mengerahkan sumber lokal dan internasional untuk mencegah penyebaran coronavirus atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang merupakan varian baru SARS. Kementrian Kesehatan setempat telah mengkonfirmasi kasus ke-100 MERS.
Kementerian berjanji meningkatkan kontrol penyebaran penyakit dengan terus mengawasi seluruh negara kerajaan tersebut. Kementerian melaporkan empat kasus baru pada Rabu (11/9) waktu setempat. Total infeksi MERS menjadi 100 kasus dengan 47 kematian.
Kementerian mengatakan, dua kasus baru berasal dari Riyadh dan dua lainnya di Madinah. Korban di Madinah merupakan warga berusia 22 tahun yang memiliki kontak dengan pasien MERS dan laki-laki berusia 24 tahun yang bekerja di sektor kesehatan.
Di Riyadh, dua laki-laki Saudi masing-masing 60 dan 47 tahun yang mendapat kontak dengan virus dari pasien MERS. Pejabat Kementerian Kesehatan, Ziad al-Memish, seperti dikutip Arabnews, Kamis (12/9) mengatakan, telah meminta warga yang terinfeksi virus untuk menunda haji.
Dia mengatakan, kementerian akan terus memberi informasi jika ada perkembangan. Ahli kesehatan berjuang untuk memahami MERS yang saat ini belum ada vaksinnya. Penyakit itu juga memiliki tingkat kematian tinggi yakni lebih dari 51 persen.
Kementerian Kesehatan sebelumnya melacak MERS pada kelelawar di kerajaan. Ilmuwan dari Inggris dan AS menemukan DNA yang cocok dengan virus MERS pada sample yang diambil pada kelelawar di Arab Saudi. Studi yang dikepalai Kementerian Kesehatan dilakukan pada Oktober sampai April. Mereka memeriksa 76 kelelawar.