Kamis 12 Sep 2013 23:19 WIB

'Penembakan Polisi Picu Keresahan Warga'

Suasana olah TKP penembakan polisi Provost Mabes Polri, Bripka Sukardi, Selasa (10/9) malam. Sukardi tewas usai ditembak tiga kali di bagian dada dan perut oleh orang tak dikenal di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, tepatnya di depan Gedung KPK.
Foto: ROL/Bilal Ramadhan
Suasana olah TKP penembakan polisi Provost Mabes Polri, Bripka Sukardi, Selasa (10/9) malam. Sukardi tewas usai ditembak tiga kali di bagian dada dan perut oleh orang tak dikenal di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, tepatnya di depan Gedung KPK.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU--Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, penembakan polisi di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta menjadi puncak keresahan warga.

"Karena itu PW mendesak Kapolri agar memerintahkan dan memberi batas waktu kepada Polda Metro Jaya untuk memburu, menangkap pelaku dan mengungkap kasus penembakan itu," kata Neta melalui pernyataan tertulis yang diterima di Palu, Kamis.

Pada Selasa malam (10/9), seorang anggota Polri bernama Bripka Sukardi tewas ditembak orang misterius di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Sukardi yang sedang mengawal enam truk menggunakan sepeda motor itu tewas tertembak di bagian dada dan perut.

Sebelumnya terdapat empat kasus penembakan serta dua kasus pengeroyokan terhadap polisi di Jakarta sejak dua bulan terakhir. Aksi penembakan terhadap polisi yang semula terjadi di wilayah pinggiran, kini mulai bergeser ke pusat Kota Jakarta sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak.

Jika aksi penembakan ini tidak segera diungkap dan terbiarkan, bukan mustahil aksi teror penembak misterius ini akan makin melebar dan korbannya dari berbagai pihak, ujar Neta. "Artinya, tidak hanya polisi berpangkat rendahan saja yang menjadi sasaran," lanjutnya.

Para penembak misterius bisa saja meningkatkan sasarannya seperti kepada perwira, pejabat Polri atau bahkan para politisi, pejabat pemerintah, dan pejabat negara. "Bisa saja itu untuk uji nyali penembak. Oleh karena itu kasus ini harus diungkap dan dihentikan," katanya.

Dia mengatakan, kasus penembakan misterius ini tidak boleh terbiarkan terlalu lama dan harus segera diungkap agar mata rantai kejadian tersebut bisa diputus sehingga warga tidak terus- menerus dikecam rasa takut. IPW juga mencatat selama tiga bulan terakhir telah terjadi 22 kasus penembakan misterius di Tanah Air yang lima di antaranya korbannya adalah polisi. Dari jumlah kasus penembakan itu, baru satu pelaku saja yang tertangkap, katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement