REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Unggung Cahyono meminta warga Puger, Jember dapat menahan diri agar tidak terporovaksi.
Lebih dari seribu personel gabungan dari TNI dan kepolisian diturunkan untuk mendukung pengamanan pascakerusuhan di Pesantren Darus Sholihin.
"Begitu juga pihak pesantren, jangan melakukan aksi balasan," kata Unggung pada wartawan, Kamis (12/9).
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, sudah disiagakan seribu personel TNI-Polri yang terdiri dari empat SSK Dalmas Polda Jatim, empat SSK Brimob Polda Jatim, dan dua SSK personel TNI. Pengaman bertujuan untuk menjamin keselamatan warga dan meredam kericuhan.
Menurut dia, kondisi saat ini masih tergolong kondusif. Pihaknya tengah melakukan upaya hukum seperti pemerikasaan saksi atas peristiwa itu.
Namun polisi belum menetapkan tersangka atas aksi pembunuhan yang dilakukan pihak pesantren. "Saat ini, polisi sudah memeriksa lima saksi terkait terbunuhnya Eko," ujar Awi.
Sebelumnya, telah terjadi kerusuhan antara masyarakat dengan pihak santri Darul Solihin pada Rabu (11/9) hingga menewaskan seorang warga bernama Eko Mardiyanto. Konflik itu dipicu lantaran adanya penyelenggaraan karnaval pesantren yang diduga menganut paham Syiah.
Warga yang menolak kegiatan itu akhirnya menyerbu pondok pesantren. Puluhan sepeda motor yang terparkir dirusak, bahkan beberapa bangunan di komplek tersebut hancur karena dibakar dan dilempari batu. Akhirnya peserta karnaval pun terlibat bentrok dengan masyarakat setempat.
Humas Ahlul Bait Indonesia (ABI) Jawa Timur, Ali Ridho mengatakan, pesantren Darus Solihin bukanlah mengikut Syiah. Meski, Habib Ali Al Habsyi dalam kajiannya sering kali menggunakan sumber dari paham tersebut. "Konflik ini bukan antara Syiah dan Sunni," katanya menegaskan.