REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Organisasi pertanian warga, Subak Gauma dan Subak Selanbawak di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan yang telah mendapat pembinaan secara intensif dijadikan sasaran penelitian dan pengkajian dalam pengembangan agribisnis.
"Badan penerapan teknologi pertanian (BPTP) Bali, Dinas Pertanian Provinsi Bali dan Kabupaten Tabanan membina kedua subak tersebut untuk mengembangkan agribisnis," kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar Dr Ir Gede Sedana, MSc MMA di Denpasar, Jumat (13/9).
Ia melakukan penelitian itu untuk menyusun disertasi berjudul "Modal sosial daalam pengembangan agribisnis petani pada sistem subak di Bali" untuk meraih gelar doktor pada Program Studi Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Kedua subak itu menjadi prioritas dengan pertimbangan telah memperoleh pembinaan pengembangan usaha agribisnis sejak tahun 2001. Demikian pula subak Guama memiliki koperasi tani, yakni Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) berbadan hukum dengan bantuan modal dari BPTP Bali. Sedangkan subak Selanbawak telah terbentuk embrio koperasi, namun belum berbadan hukum, yang keduanya berada di daerah irigasi yang sumber airnya dari Bendungan Cangi.
Gede Sedana menjelaskan, penelitian dan pengumpulan data pada kedua subak tersebut melibatkan 680 petani anggota kedua subak tersebut. Penelitian tersebut menggunakan Variabel modal sosial yang meliputi kepercayaan, jaringan sosial, norma sosial, sikap, pengetahuan petani serta pengembangan agribisnis.
Subak Guama dan Subak Selanbawak berlokasi di Kecamatan Marga dengan hamparan sawah tersebar di tiga desa meliputi Desa Selanbawak, Desa Batannyuh dan Desa Peken Belayu. Air irigasi kedua subak itu berasal dari bendung Cangi yang dibangun pemerintah di Sungai Yeh Sungi. Terdapat enam subak lain yang juga memperoleh air dari Bendung Cangi dan telah tergabung dalam satu wadah koordinasi yakni Subak-gede Asta Buana Cangi.