REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepala Bantuan PBB, Jumat (13/9), menyerukan dihentikannya pertempuran di Suriah guna memungkinkan lembaga bantuan memperoleh akses segera dan tanpa halangan ke warga sipil yang terjebak di kota besar dan kecil yang terkepung.
"Kota kecil dan besar kian terkepung saat krisis Suriah bertambah parah dan pertempuran meningkat," kata Valerie Amos, Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, di dalam satu pernyataan.
"Rakyat tak bisa meninggalkan daerah yang dikuasai oposisi atau pemerintah yang terkepung, kadangkala sampai berbulan-bulan, dan kekurangan air, makanan, listrik serta obat," kata Valerie.
Valerie mengatakan ia sangat khawatir oleh laporan bahwa lebih setengah juta orang masih terjebak di pinggiran Damaskus, Ibu Kota Suriah.
Ia menyatakan Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), yang ia pimpin, menerima "laporan yang sangat mengkhawatirkan" dari Kota Kecil Moadamyieh, cuma beberapa kilometer dari ibu kota Suriah.
"Kota kecil tersebut dilaporkan telah dikepung selama 10 bulan terakhir, dan menderita pemboman setiap hari serta bentrokan bersenjata antara prajurit pemerintah dan kelompok oposisi," kata Valerie sebagaimana dilaporkan Xinhua, Sabtu siang.
Ia menambahkan lembaga kemanusiaan PBB tak bisa mengirim pasokan selama hampir satu tahun, meskipun telah berulangkali mengusahakannya.
Menurut OCHA, kebanyakan dari 70.000 warga di daerah itu telah menyelamatkan diri, tapi sebanyak 12.000 orang lagi masih terjebak, dan tak bisa memperoleh makanan yang cukup. Ada beberapa kasus gizi buruk parah di kalangan anak-anak, serta penyebaran penyakit kulit serta pernafasan.
Kepala lembaga kemanusiaan PBB itu menyatakan warga sipil terus menjadi sasaran atau tak memperoleh akses ke makanan dan pengobatan medis darurat di banyak tempat di seluruh Suriah dalam krisis "yang mengerikan ini".