Sabtu 14 Sep 2013 15:08 WIB

PBB Takkan Dukung Serangan Militer ke Suriah, AS Legowo

Anggota tim pakar investigator PBB ketika mengambil sampel pasir di pinggiran Damaskus, Suriah.
Foto: AP PHOTO/Yousef Albostany
Anggota tim pakar investigator PBB ketika mengambil sampel pasir di pinggiran Damaskus, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat mengakui Rusia tidak akan mengizinkan Dewan Keamanan PBB untuk mengotorisasi serangan militer terhadap rezim Suriah, kata pejabat senior Gedung Putih, Jumat (13/9).

Pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan laporan PBB pada Senin besok akan memperkuat kasus Bashar menggunakan senjata kimia untuk menyerang rakyatnya sendiri.

Namun mereka mengakui sementara ini melemahkan klaim Moskow bahwa pemberontak antipemerintah menembakkan gas, tidak akan cukup untuk menggerakkan Kremlin di belakang aksi militer.

Namun mereka memperingatkan AS menahan untuk bertindak secara sepihak atau dalam koalisi kecil jika rencana yang dipimpin Rusia untuk melindungi dan menghancurkan senjata kimia Bashar gagal.

Sementara itu, mereka mengatakan kekuatan Barat akan berusaha untuk menemukan sanksi singkat yang ketat untuk dimsukkan dalam rancangan resolusi terhadap Suriah, berharap Moskow menjatuhkan vetonya.

Bashar dan sekutunya Presiden Rusia Vladimir Putin menduga pada serang 21 Agustus, yang menewaskan 1.400 orang kata intelijen AS, telah dilakukan oleh pemberontak antipemerintah.

Namun Washington dan kekuatan-kekuatan barat serta Arab, didukung kelompok Hak Asasi Manusia mengatakan serangan itu dilancarkan oleh roket-roket pemerintah dan telah mengantam wilayah pro pemberontak.

Ahli PBB akan mengeluarkan laporannya pada Senin mendatang dan meskipun mereka tidak dimandatkan untuk menetapkan pihak mana yang bersalah. Seorang pejabat senior AS mengatakan bukti yang dimilikinya akan lebih mengisolasi Rusia.

Meskipun mereka berbeda, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bekerja untuk merencanakan mengambil senjata Bashar dibawah kontrol internasional.

Pejabat AS, yang menolak untuk dikutip namanya, mengatakan Gedung Putih berharap itu akan berlangsung sekitar dua minggu untuk mengetahui apakah inisiatif yang dilakukan Rusia layak.

Presiden Obama telah mendiskusikan masalah itu dengan pemimpin Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah di Gedung Putih pada Jumat.

"Dua negara kami dalam kesepakatan bahwa penggunaan senjata kimia yang kami lihat di Suriah merupakan aksi kejahatan, dan hal itu sungguh penting untuk masyarakat internasional merespon tidak hanya menghalangi terulangnya penggunaan senjata kimia namun itu harus dikeluarkan dari Suriah," katanya.

"Saya telah berdiskusi dengan Emir, harapan saya bahwa negosiasi yang dilakukan antara Menteri Luar Negeri Kerry dan Menteri Lavrov di Jenewa membuahkan hasil. Namun saya mengulangi apa yang telah dipublikasikan, setiap perjanjian harus diverifikasi dan dilaksanakan," ujarnya.

Pejabat AS mengatakan rencana pelucutan senjata akan lebih baik untuk AS namun hal itu belum dikesampingkan.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement