REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Seorang pengebom bunuh diri menyerang pemakaman pada Sabtu (14/9) di sebelah utara Irak yang tengah dihadiri oleh anggota etnis minoritas di sana. Serangan itu merupakan salah satu rangkaian yang menewaskan sedikitnya 25 orang di seluruh negeri. Petugas resmi mengatakan hal itu.
Irak tengah dilanda pertarungan kekerasan yang mematikan dalam setengah dekade, menimbulkan ketakutan negara ini akan kembali ke masa saat pembunuhan merajalela. Termasuk saat perang sipil diikuti oleh invasi AS pada 2003. Lebih dari 4 ribu orang tewas dalam serangan kekerasan sejak awal April, termasuk 804 di bulan Agustus, menurut data di PBB.
Dalam serangan bunuh diri, pengebom meledakkan sabuk peledak di dalam tenda selama upacara sore yang digelar oleh anggota minoritas Shabak dekat kota Mosul, 360 kilometer (225 mil) barat laut Baghdad. Pihak yang berwenang mengatakan ledakan di Desa Arto Kharab menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai 35 orang. Pemakaman itu untuk seorang anggota minoritas Shabak yang telah meninggal karena alasan alamiah.
Tak ada pihak yang segera mengeklaim atas serangan pemakaman ini, tapi Mosul telah menjadi hub untuk Alqaidah di Irak pada masa lalu. Para militan telah menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk mengusir ratusan anggota kelompok minoritas keluar dari kota.
Dalam aksi kekerasan lainnya pada Sabtu (14/9), polisi mengatakan sebuah bom menghantam mobil di kora Dujail, sebelah utara ibukota. Bom itu menewaskan pengemudi dan istrinya. Polisi juga mengatakan bahwa seorang anak laki-laki berumur 11 tahun tewas saat sebuah bom menghantam sebuah minibus dekat Suleiman Beg, sekitar 150 kilometer (95 mil) timur laut Baghdad.