REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemimpin Cina menjadikan warisan Islam milik negara dan Jalur Sutra untuk meningkatkan hubungan dengan dunia Arab. Sekitar 7.000 pemimpin dan pengusaha Arab menghadiri pameran dan konferensi Cina Arab State Expo di Yinchuan, Cina, Ahad (15/9) waktu setempat.
Expo tersebut adalah serangkaian program untuk mendorong kerja sama antara Cina dan dunia Arab dalam berbagai bidang termasuk kerjasama budaya, Kongres Bisnis Travel Dunia Muslim, penerbitan, pariwisata, konektivitas bisnis antara usaha kecil dan menengah serta kerjasama pertanian Cina dengan negara-negara Arab.
Konferensi empat hari tersebut mencerminkan keinginan Cina untuk menghubungkan komunitas Muslim luas dengan dunia Arab. Pengunjung dan delegasi diajak mengunjungi masjid di Yinchuan Provinsi Ningxia.
Cina menggunakan kesempatan itu untuk mendorong peran lebih besar dalam memperbaiki harga minyak. “Kami harus meningkatkan dialog di sektor energi dan memainkan peran lebih besar dalam menstabilkan harga energi internasional dan memastikan keselamatan pasokan energi ,” kata Penasihat Politik Negara Cina, Yu Zhengsheng seperti dikutip Gulf Daily News, Senin (16/9).
Para ahli di Cina menilai gerakan baru tersebut menunjukkan Cina berkaitan erat dengan dunia Arab dan memainkan peran penting di dunia Muslim. Salah satu aspek yang kurang diketahui khalayak adalah Cina memiliki sejarah Islam sejak beberapa abad lalu. Komunitas Muslim Hui tersebar di beberapa provinsi di Cina termasuk Ningxia dan Gansu.
Cina ingin menghubungkan komunitas cinta damai Hui dengan dunia Arab dan tetap tidak terpengaruh oleh kerusuhan dan serangan kekerasan oleh separatis Uighur bagian dari wilayah Xinjiang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun Kamar Dagang Hui yang terhubung dengan pedagang dunia Muslim.
Pameran dan konferensi yang dihadiri delegasi negara-negara Arab tersebut membahas aspek berbeda dari kerja sama dengan para pengusaha Cina di daerah seperti tekstil, kasmir, produk Muslim , industri energi terbarukan, e-commerce dan logistik.