Senin 16 Sep 2013 20:38 WIB

Filipina Luncurkan Serangan Udara, 51 Gerilyawan Tewas

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Djibril Muhammad
Bendera Filipina
Bendera Filipina

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Militer Filipina tampaknya habis kesabaran untuk memadamkan perlawanan pejuang Moro di kota Zamboanga.

Jika sebelumnya mengkhawatirkan keselamatan warga sipil, Senin (16/9), militer meluncurkan serangan udara ke lokasi persembunyian pejuang Moro National Liberation Front (MNLF), dengan menggunakan dua helikopter MG520 milik Angkatan Udara.

Seperti dikutip dari Al Jazeera, Helikopter juga menembakkan roket ke desa-desa di pesisir kota Zamboanga. Pemerintah kota Zamboanga, dikutip dari Inquirer.net, merilis pengumuman di akun Twitter mereka serangan udara sudah berlangsung pada pukul 13.00 waktu setempat. Mereka meyakinkan serangan dilakukan dengan panduan tentara yang berada di darat.

Juru bicara militer, Letkol Ramon Zagala kepada AFP meyakinkan serangan takkan membahayakan warga sipil. Sebab, seperti yang dijelaskan pemerintah kota, pasukan di darat mengarahkan presisi tembak yang benar-benar lokasi persembunyian pejuang MNLF.

Ia juga menyatakan mulai Senin, militer mengintensifkan operasi militer untuk menekan posisi MNLF. Langkah ini dilakukan karena anggota MNLF masih terus melawan dengan menembaki anggota militer.

Apalagi, gerilyawan mulai membakar rumah dan meluncurkan mortir yang melukai anggota palang merah dan polisi. Namun, ia yakin kebuntuan yang telah berlangsung selama delapan hari akan segera berakhir.

Sebab sebagian dari anggota MNLF telah melarikan diri. Beberapa anggota lainnya menyamar menjadi warga sipil. "Sangat penting tetua desa membantu kami mengindentifikasi mereka yang bukan dari lingkungan," tutur Zagala.

Berdasarkan data Angkatan Bersenjata sebanyak 62 tewas, di mana 51 di antara korban adalah anggota MNLF. Selain itu 48 anggota MNLF lainnya telah tertangkap.

Sebagai informasi, jumlah anggota MNLF yang menyerang kota Zamboanga diyakini mencapai 200. Meski diyakini perlawanan akan segera berakhir, akan tetapi jumlah sandera yang berada di tangan pemberontak masih cukup banyak.

Wali Kota Zamboanga, Isabelle Climaco-Salazar mengatakan pemberontak masih menyekap 40 sandera dalam satu desa. Menteri Dalam Negeri, Mar Roxas, menegaskan pejuang MNLF akan menghadapi tuduhan kriminal.

Penyerangan yang berlangsung sejak Jumat kemarin, menurut Roxas juga menjadi momentum bagi militer, walau ia tak tahu kapan kebuntuan akan berakhir. Nur Misuari Tak Melarikan DiriPasukan MNLF yang setia kepada Nur Misuari berusaha mengambil alih kota Zamboanga, senin pekan lalu.

Hal ini dilakukan karena mereka memprotes perjanjian damai antara Moro Islam Liberation Front (MILF) dengan Pemerintah Filipina.

MNLF yang sebenarnya telah menorehkan perjanjian damai dengan Filipina tahun 1996 ini kembali angkat senjata. Mereka berdalih pemerintah mengkhianati janji untuk membangun wilayah otonomi Mindanao.

Menteri Pertahanan Voltaire Gazmin, dikutip dari InterAksyon.com, menyatakan pemimpin MNLF, Nur Misuari masih berada di Filipina.

Artinya ia tak melarikan diri, walaupun saat ini ia tak berada di Kota Zamboanga.Namun Gazmin meyakinkan pasukan MNLF akan menerima konsekuensi karena menyerang kota Zamboanga. "Tak bisa seperti itu," kata dia dalam wawancara dengan dzRH, dikutip dari InterAksyon.com, Senin (16/9).

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement