Rabu 18 Sep 2013 17:29 WIB

Hadiri Deklarasi PPI, Ini Penjelasan Mubarok

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Mansyur Faqih
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok menyatakan, ada yang salah memaknai keikutsertaannya dalam peresmian organisasi bentukan Anas Urbaningrum, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), beberapa waktu lalu.

"Semestinya, kehadiran saya dalam acara itu jangan dipandang dari kacamata politik. Tetapi harus dari kacamata budaya intelektual. Karena saya tahu, Anas itu dari dulu memang memiliki tradisi aktivis. Jadi tidak perlu lah dipermasalahkan," kata Mubarok saat dihubungi Republika, Rabu (18/9). 

Ia mengaku, sampai hari ini belum ada satu pun pengurus yang mencoba mengklarifikasi kehadirannya dan beberapa kader Demokrat lainnya dalam peresmian PPI. Bahkan, yang menghubunginya lewat telepon pun tak ada.

Sebelumnya, kehadiran sejumlah kader Demokrat dalam acara pendeklarasian PPI di kediaman Anas menuai kecaman dari petinggi partai penguasa tersebut. Antara lain datang dari Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Max Sopacua yang mencap kader yang hadir di acara itu sebagai pembelot.

Max menilai, PPI adalah simbol perlawanan terhadap partainya. Karena peluncuran organisasi tersebut seakan-akan sengaja dibuat bersamaan waktunya dengan pendeklarasian peserta konvensi capres Demokrat. 

Karenanya, kata dia, mereka yang mendukung, apalagi sampai bergabung dengan PPI, berarti menunjukkan sikap menantang Demokrat. 

Menanggapi reaksi Max tersebut, Mubarok menegaskan posisinya yang bukan pendiri atau pun anggota PPI. Ia datang ke sana hanya karena diundang untuk memberikan tausiyah. 

"Cuma sebatas itu, enggak lebih. Lagi pula, tak ada aturan yang menyuruh orang untuk berhenti berpikir dan berkarya, meski sudah berstatus tersangka," ujarnya.

Dalam aturan internal Demokrat juga tidak ada larangan bagi para kader untuk berhubungan dengan bekas anggota partainya. "Selain itu, Anas sekarang ini juga sudah tidak punya power lagi. Jadi, apa yang mesti dikhawatirkan?" ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement