Kamis 19 Sep 2013 14:50 WIB

Wow, Setiap Hari Ada 30 Pasangan Warga Malaysia Menikah di Thailand Selatan

Menikah.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menikah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebanyak 1.000 warga Malaysia sebagian besar berusia 30-an tahun melangsungkan perkawinan di selatan Thailand setiap bulan, atau rata-rata 30 pasangan setiap hari.

Konsulat Jendral Malaysia di Songkhla, Mohd. Faizal Razali mengatakan, angka tersebut tidak termasuk pernikahan melalui perantara atau sindikat.

"Jumlah yang tercatat untuk mereka yang menikah melalui saluran sah dan mengikuti panduan Jabatan Agama Islam Malaysia (Jakim), Majelis Agama Islam Wilayah bersangkutan dan mendapat pengesahan pejabat Konsulat Malaysia," katanya seperti dikutip sebuah harian terbitan Kuala Lumpur, Kamis.

"Ada diantara pasangan itu yang menikah dengan warga negara lain seperti Thailand, India dan Pakistan," ujarnya.

Menurut Faizal, faktor tidak mendapat persetujuan istri pertama untuk berpoligami, keterlanjuran dalam hubungan serta halangan keluarga menjadi penyebab utama mereka menikah di Thailand.

Selain itu prosedur dan proses pernikahan yang cepat serta biaya murah menjadi faktor banyak pasangan Malaysia datang untuk menikah di Thailand.

Lokasi-lokasi favorit bagi pasangan Malaysia untuk menikah di Thailand adalah masjid-masjid di sekitar Songkhla, Narathiwat, Pattani dan Sadao.

"Di pihak Konsulat Malaysia disini, tugas utama kami memastikan bahwa perkawinan yang berlangsung itu mengikuti garis panduan yang ada dan menghindarkan pasangan menjadi korban penipuan sindikat," kata Faizal.

Pasangan yang tinggal di wilayah perbatasan seperti Kedah, Perlis, Perak dan Kelantan termasuk diantara mereka yang menikah di Thailand.

Ia mengimbau warga Malaysia agar tidak melalui sindikat karena prosedurnya tidak sah dan akan berakibat pada keturunan pasangan itu di masa datang.

"Pernikahan melalui sindikat yang menelan biaya 1.700 hingga 3.000 ringgit menggunakan prosedur tidak sah dan sindikat menikahkan pasangan itu semata-mata untuk mendapat keuntungan. Jika pasangan menikah secara tidak benar, anak yang dilahirkan nanti menjadi tidak sah," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement