REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak yakin semua senjata kimia Suriah dapat dihancurkan di bawah rencana internasional. Presiden Rusia berperan penting dalam menunda serangan militer AS ke Suriah setelah senjata kimia digunakan di Damaskus pada 21 Agustus yang diklaim menewaskan 1.429 orang.
"Apakah kita akan mampu mencapai itu semua? Saya tidak yakin 100 persen tentang itu," kata Putin dikutip Al-Jazeera, Jumat (20/9).
Meski berperan sentral dalam kesepakatan internasional dalam pelucutan senjata kimia Suriah, Putin memperingatkan dunia untuk tidak menempatkan tanggung jawab pada Rusia untuk kesuksesan usaha tersebut.
"Ini bukan pertama kali saya dengar tanggung jawab khusus ada pada saya. Tanggung jawab khusus ada pada semuanya, ini ditanggung bersama. Jika usaha untuk memecahkan masalah dengan damai gagal, ini akan sangat buruk," ungkapnya.
Pemerintah Suriah membantah menggunakan senjata kimia dalam serangan dan menyalahkan militan, tapi mereka sepakat untuk menyerahkan persediaan senjata kimianya. PBB kini membahas resolusi untuk pelucutan senjata kimia Suriah.
Putin juga mengatakan dia memiliki alasan kuat serangan pada 21 Agustus merupakan provokasi licik untuk menentang Assad. Dia menilai serangan itu bukanlah pertama senjata kimia digunakan di Suriah.
"Tapi mengapa tidak kasus lain yang diselidiki?" ujarnya.
Laporan PBB yang dirilis awal pekan ini menunjukkan sarin bermutu tinggi digunakan dalam serangan tersebut. Sejumlah senjata canggih digunakan untuk membawa gas.