REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Kepolisian Resor Tanjungpinang, Kepulauan Riau, menangkap Mul, pria yang selain mengaku-ngaku anggota Satuan Brimob berpangkat brigadir satu, juga menganiaya pacarnya.
"Korban ke Polres melaporkan telah dianiaya pacarnya, Mul, seorang anggota Brimob. Setelah Mul, ditangkap ternyata dia anggota Brimob gadungan," kata Kasubag Humas Polres Tanjungpinang, AKP Imawan Rantau di Tanjungpinang, Jumat (20/9).
Imawan mengatakan, Mul ditangkap pada Kamis (19/9) setelah korban berinisial RKA melaporkan penganiayaan yang dilakukan pelaku pada Senin (16/9) pagi, saat korban hendak mencari pekerjaan.
"Korban tidak terima dianiaya dengan cara digigit hingga menyebabkan badan dan tangannya memar," ujar Imawan.
Selain itu, korban juga merasa tertipu dengan janji akan dinikahi setelah beberapa bulan melakukan hubungan suami istri dengan Brimob gadungan itu.
"Kami juga mengamankan barang bukti berupa perlengkapan seragam polisi yang dikenakan pelaku sehari-hari," kata Imawan.
Pelaku yang masih berumur 19 tahun itu, menurut Imawan dijerat dengan Pasal 378 dan 351 KUHP karena melakukan penipuan dan penganiayaan.
Sedangkan tersangka Mul mengakui dirinya berpura-pura menjadi seorang anggota kepolisian yang bertugas di pasukan Brimob serta menganiaya RKA karena rasa cemburu.
"Saya berpura-pura sejak beberapa waktu lalu bahwa pangkat saya briptu," Mul.
Menurut Mul, dirinya selama ini telah berjasa membiayai sekolah RKA di Jawa Timur, sehingga cemburu ketika mendengar ada laki-laki lain di hati RKA.
Sementara itu, RKA yang ditemui terpisah di Mapolres Tanjungpinang mengatakan mengenal Mul sejak sekolah SMP pada 2010 dan baru mengetahui Mul menjadi "polisi" sejak April 2013.
"Dia mengaku polisi sejak April 2013, orang tua dia juga tertipu dan baru tahu setelah ditangkap," ujar RKA.
Paman RKA, Yar mengatakan RKA dibawa Mul sejak 1 September 2013 dari rumahnya di Berakit, Kabupaten Bintan ke Tanjungpinang.
"Saat menjemput RKA, pelaku menggunakan pakaian polisi lengkap dengan membawa borgol. Banyak warga kampung melihat kejadian itu," ujarnya.
Yar juga membantah sekolah RKA dibiayai Mul yang diketahuinya laki-laki pengangguran, karena RKA masih memiliki orang tua dan keluarga. "Yayasan yang membantu biaya sekolah RKA di pesantren di Banyuwangi," kata Yar.