REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usulan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung untuk mengevaluasi calon presiden, membuat hubungan Akbar dan Aburizal Bakrie (Ical) merenggang.
Akbar menyebut elektabilitas Ical yang tak kunjung naik patut dievaluasi. Pernyataan itu memicu perseteruan di antara keduanya.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah menyarankan Ical merangkul dan mengajak diskusi kader-kader senior, seperti Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla. Tujuannya guna mencari solusi bersama menyikapi perseteruan yang bisa merusak simpati masyarakat terhadap partai berlambang pohon beringin itu.
"Konflik antarelite Partai Golkar akan berimbas ke bawah. Kader dan simpatisan akan berpikir ulang untuk membela Partai Golkar jika pemimpinnya selalu konflik di media massa," katranya.
Iberamsyah juga menyayangkan para pendukung Ical yang dinilainya tidak belajar dari sejarah perjalanan Partai Golkar, malah memberikan pernyataan yang kurang etis serta merugikan partai.