REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mendorong untuk melakukan diplomasi dengan pemerintah baru Iran, tapi ia juga menyerukan Teheran agar transparan mengenai program nuklirnya.
"Penghalang terlalu besar tapi saya yakin jalan diplomasi harus diuji," kata Obama kepada Sidang Umum PBB di New York, Selasa (24/9) waktu setempat.
Obama mendapat giliran berpidato sebelum Presiden Iran Hassan Rouhani menyampaikan pidatonya dalam sidang tahunan itu. Obama mengatakan dia telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri (Menlu) John Kerry untuk mengupayakan pembukaan diplomatik baru dengan Teheran.
Kerry akan bertemu dengan mitranya dari Iran Mohammad Javad Zarif dan juga para menteri luar negeri lain dari Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia di markas PBB.
Pertemuan tingkat menteri seperti itu akan menjadi yang pertama untuk membahas isu nuklir sejak perundingan-perundingan dilancarkan satu dekade lalu. Tapi, Obama menekankan Iran harus mengambil tindakan transparan dan dapat diverifikasi untuk mengakhiri kecurigaan-kecurigaan atas program nuklirnya.
Ekonomi Iran lumpuh oleh serangkaian sanksi PBB dan AS yang bertujuan melumpuhkan program nuklirnya. Kekuatan Barat menawarkan kepada Iran supaya menghentikan program pengayaan uraniumnya untuk melunakkan sanksi tapi sejauh ini Iran belum memberikan respons.
"Sejak saya berkuasa, saya telah menjelaskan dalam surat-surat kepada Pemimpin tertinggi di Iran dan paling akhir kepada Presiden Rouhani bahwa Amerika lebih suka untuk menyelesaikan keprihatian kami atas program nuklir Iran secara damai tetapi kami bertekad akan mencegah mengembangkan senjata nuklir," ujar Obama.
"Kami tak mengusahakan perubahan rezim, dan kami menghargai hak rakyat Iran untuk memiliki akses bagi energi nuklir damai," kata Obama. "Kami inginkan pemerintah Iran memEnuhi tanggung jawabnya di bawah perjanjian Non Proliferasi Nuklir dan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB."