Ahad 29 Sep 2013 19:14 WIB

Honor Guru SMP Cibitung Plus Hanya Rp 50 Ribu Per Bulan

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Citra Listya Rini
Guru mengajar di kelas.  (Ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Guru mengajar di kelas. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Guru daerah terpencil SMP swasta Cibitung Plus, Subang, Jabar, menerima gaji sangat minim. Dalam sebulan, guru tersebut hanya mendapatkan upah sebesar Rp 50 ribu. Padahal, mereka harus menempuh jarak sekitar 10 kilometer dari rumah masing-masing.

Kepala Sekolah SMP Cibitung Plus, Muhamad Heri Subekti mengatakan sekolah ini berada di Kampung Sukanagara, Desa Cibitung, Kecamatan Ciater. Sekolah itu, dibangun sejak 2012 yang lalu. 

Tujuan pembangunan sekolah tersebut, untuk meminimalisasi anak putus sekolah. Mengingat, anak-anak usia sekolah di Desa Cibitung, harus putus sekolah. Bahkan, mereka langsung menikah sejak lulus SD.

"Alasan mereka putus sekolah, karena SMP yang paling dekat dengan desa itu berjarak 30 kilometer," kata Heri kepada wartawan, Ahad (29/9).

Awalnya, lanjut Heri, ide membangun sekolah itu terbersit sejak 1992 yang lalu. Saat itu, dia sedang melakukan penelitian di desa tersebut. Ternyata, anak-anak desa itu mayoritas tak melanjutkan sekolah. Sebab, jarak tempuh yang jauh mengakibatkan tingginya biaya transportasi.

Kondisi itu, membuat Heri miris. Dia ingin membantu masyarakat di desa itu. Caranya, dengan membangun sekolah menengah pertama (SMP). Namun, gagasan Heri ini terbentur masalah biaya.

Selang 20 tahun kemudian, ide Heri akhirnya bisa terwujud. Sebab, baru ada yayasan yang mau menyangga dana pembangunan SMP tersebut.

"Kini, guru di sekolah ini ada tujuh orang. Semuanya, belum ada yang PNS," ujarnya dengan senyum dikulum.

Guru-guru ini, lanjut Heri, bukan asli warga Desa Cibitung. Melainkan, penduduk Kecamatan Jalan Cagak. Setiap hari, mereka berangkat mengajar sesuai dengan jadwal masing-masing. Meskipun jauh, guru-guru ini tetap semangat mengajar ilmu pada anak didiknya.

Semangat para guru ini, ternyata harus di bayar mahal. Sebab, anak-anak yang melanjutkan ke SMP ini sangat minim. Dari tiga kelas yang ada, jumlah siswanya hanya 12 orang. 

Untuk kelas satu, siswanya hanya seorang. Kelas dua, lumayan ada sembilan orang. Kelas tiga, siswanya dua orang. Akan tetapi, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan setiap harinya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement