Rabu 02 Oct 2013 22:49 WIB

Julia Gillard Akui Emosi Hadapi Ejekan Berbau Gender

Red:
Julia Gillard
Julia Gillard

CANBERRA -- Untuk pertama kalinya sejak turun dari jabatan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard tampil di hadapan publik. Berbincang dengan seorang tokoh feminis, Julia Gillard membeberkan sejumlah tantangan yang pernah ia hadapi, terutama soal ejekan berbau gender.

Julia Gillard mengaku banyak menerima serangan yang berbau seksis saat ia menjabat. Ia mengakui, serangan-serangan tersebut seringkali membuatnya emosi.

Gillard mengungkapkan hal ini saat berdialog dengan tokoh feminis, Anne Summers, sekaligus menjadi penampilan pertamanya di hadapan publik sejak turun dari jabatan Perdana Menteri.

Saat menjabat, ia mengaku telah menjadi sasaran serangan seksis, mulai dari kata-kata yang ditulis oleh para pengunjuk rasa, ejekan terhadap dirinya yang dijadikan menu makanan saat penggalangan dana Partai Liberal, hingga sejumlah kartun vulgar di sejumlah blog.

Meski ia mengetahui semua hinaan itu, tetapi ia memilih untuk tidak menjadikannya sebagai fokus pemikirannya.

"Itu memang terjadi pada saya, tetapi bukan tentang saya. Itu semua tentang wanita-wanita dan seperti apa masyarakat yang kita inginkan," ujar Julia Gillard. "Tetapi kita harus merasakan kemarahan itu karena akan memacu kita untuk melakukan tindakan perubahan."

Meski meyakinkan para penonton bahwa dirinya baik-baik saja, ia tetap saja merasa sedih dan terkejut melihat kekerasan berbau seksis yang masih terjadi di Australia.

[removed]// [removed] Gender dominates Julia Gillard's first post-election appearance Julia Gillard banyak menceritakan soal gender dalam penampilan pertamanya dihadapan publik

"Saya rasa siapapun wanita yang menjadi perdana menteri nantinya akan ada jeda terhadap apapun yang akan ia kerjakan, kita tidak ingin itu terjadi lagi. Di saat sedang stres dan tertekan, saya keluar dan memberikan pidato terakhir sebagai perdana menteri, saya katakan bahwa tidak akan memberikan kepuasan terhadap orang-orang yang senang melihat saya bercucuran air mata," tegasnya.

Ia juga mengaku masih menyimpan pidato yang tulis pada bulan Oktober 2012. Pidato tersebut menyerangTony Abbott yang dituduhnya telah memicu isu seksisme di panggung politik.

Sementara soal "perebutan kekuasaan" di Partai Buruh dengan Kevin Rudd, Gillard merasa cara Rudd saat menggulingkan dirinya berbeda dengan apa yang ia lakukan terhadap Rudd tiga tahun lalu.

Gillard justru menganggap Rudd melakukan ketidakstabilan dalam pemerintahannya. Gillard mengaku saat dirinya naik ke jabatan perdana menteri, ia melakukannya sesuai aturan yang berlaku. "Saya meminta para pemimpin Partai Buruh untuk melakukan pemungutan suara dan itu sah-sah saja," tegasnya.

Dalam wawancaranya, Gillard juga menyampaikan pandangannya soal PM Tony Abbott, yang pernah menjadi "musuh politiknya".

"Menjadi langkah yang besar dari yang biasanya mengkritik untuk kemudian bekerja dan mengimplementasikan apa yang ia anggap benar. Dari indikasi sekarang ini, Abbott terlihat lambat dalam mengambil langkah tersebut," tutup Gillard yang kini bergabung dengan yayasan yang fokus pada masalah pendidikan global.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement