REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prokontra terjadi di klub-klub Liga Prima Indonesia (LPI) menyusul adanya keputusan penghentian kompetisi oleh PSSI. Ada yang menilai hal tersebut sebagai Keputusan tepat, namun ada juga yang menganggap bahwa itu melanggar amanah Kongres Luar Biasa (KLB) 17 Maret 2013.
Semen Padang menjadi salah satu tim yang setuju atas penghentian kompetisi. Direktur Utama PT. Semen Padang Kabau Sirah (KSSP), Erizal Anwar mengatakan kompetisi memang sebaiknya tidak usah dilanjutkan setelah banyaknya masalah yang terjadi di LPI.
PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) selaku operator dinlai tidak becus dalam menggulirkan kompetisi. "Banyak klub yang WO (Walkover), jadwal berantakan. Jadi menurut saya keputusan tepat apabila dihentikan," kata Erizal kepada Republika, Selasa (1/10).
Erizal meyakini banyak klub LPI yang sebenarnya tidak sanggup melanjutkan kompetisi. Banyak klub yang kesulitan dana lantaran LPIS tidak mampu menjadikan LPI menjadi kompetisi yang benar-benar profesional.
LPI, kata Erizal, sejatinya adalah kompetisi kasta tertinggi, sama dengan Liga Super Indonesia dibawah naungan PT. Liga Indonesia. "Tetapi LPIS tidak bisa jualan, masak sih kompetisi level teratas tidak disiarkan di televisi," keluh dia.
Hal itulah yang menurut Erizal membuat banyak klub LPI tidak mendapatkan sponsor. Hingga akhirnya kesulitan dana mengarungi kompetisi. "Mana ada perusahaan yang mau jadi sponsor klub kalau pertandingannya tidak disiarkan. Padahal kan sponsor mau produknya dikenal banyak orang," ketus Erizal.
Dibeberkan Erizal, LPIS juga belum bisa memenuhi janjinya untuk memberikan dana subsidi. Ia mengungkapkan hingga kini belum ada dana yang dikucurkan kepada klub. Padahal di awal musim, LPIS memberikan janji manis akan mengucurkan dana kepada setiap klub mencapai Rp 5 miliar.
Bukan hanya itu, untuk musim lalu saja, LPIS pun hanya memberikan dana sebesar Rp 1 miliar dari yang dijanjikan sebesar Rp 2 miliar. "Tidak ada dukungan dana dari LPIS untuk klub," katanya.