Rabu 02 Oct 2013 09:01 WIB

Usai Resolusi PBB Disepakati, Pound Suriah Menguat

Mata Uang Suriah
Foto: tofocus.info
Mata Uang Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Nilai tukar pound Suriah dengan cepat menguat terhadap dolar AS baru-baru ini, setelah komunitas internasional sepakat untuk menyelesaikan krisis senjata kimia dalam kerangka PBB.

Pound Suriah menunjukkan apresiasi lebih dari 20 persen terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir, berdiri di 162 pound pada Selasa (1/10) untuk satu dolar AS. Itu tanda positif pertama selama ini dalam beberapa minggu terakhir.

Ekspektasi pemulihan lebih lanjut dari pound Suriah, Suriah yang telah mengalihkan tabungan mereka ke dolar dalam dua tahun terakhir bergegas untuk menjual dolar dan mata uang lainnya sebelum nilai tukarnya berfluktuasi lebih lanjut.

Otoritas Suriah juga menutup sejumlah besar perusahaan valuta asing di Damaskus, sebagai bagian dari kampanye yang dimulai beberapa bulan yang lalu, bertujuan untuk menempatkan para dealer dalam kendalinya.

Menurut media setempat, sumber pemerintah memperkirakan bahwa nilai tukar akan mencapai 130 pound Suriah untuk satu dolar dalam waktu singkat, berkat kebijakan positif yang diambil oleh bank sentral dan secara keseluruhan iklim politik yang menggedmbirakan, terutama perjanjian AS-Rusia dan konferensi Jenewa mendatang yang bertujuan untuk mempertemukan perwakilan dari pemerintah Suriah dan oposisi.

Bank Sentral Suriah (CBS) juga telah mengizinkan, untuk pertama kalinya, perusahaan valuta asing untuk memperdagangkan dolar pada harga pasar tetapi harus di bawah harga yang ditetapkan oleh bank sentral dengan margin keuntungan satu persen.

Abed Fadhliyah, seorang profesor di Fakultas Ekonomi di Universitas Damaskus, mengatakan kepada situs internet lokal Syrian Days bahwa pelemahan dolar terhadap pound Suriah adalah hasil alami dari iklim politik yang tenang, serta hukuman pada para dealer uang.

Gubernur CBS Adib Mayaleh mengatakan bahwa ada faktor psikologis tertentu. "Orang-orang Suriah saat ini merasa lega, dan ini adalah bagian dari penyebab yang mempengaruhi nilai tukar," katanya, seperti dilansir dari Xinhua, Rabu (2/10).

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement