Tidak sampai setahun kemudian, tanggung jawab itu jatuh ke pundak Angkatan Laut Australia ketika dipanggil bertugas dalam Perang Dunia Pertama melawan kapal-kapal yang menjaga daerah-daerah jajahan Jerman di Pasifik.
Mereka yang bertugas di HMAS Australia, dan bahkan semua kapal Angkatan Laut Australia pada waktu itu, mengalami penderitaan dan kondisi yang jauh berbeda dari rekan-rekan mereka 100 tahun kemudian.
Dr David Stevens, Direktur Kajian Strategis dan Sejarah pada Defence Sea Power Centre, mengatakan, berada di laut saja berarti menempatkan diri pada posisi berbahaya.
Dikatakan, kondisi di kapal-kapal pertama Angkatan Laut sangat membutuhkan ketahanan fisik, dan banyak anggota kru yang bertugas di dek terseret ke laut hingga tewas oleh cuaca buruk.
Peralatan safety masih belum seperti sekarang, kata Dr David Stevens. Tidak jarang orang kejatuhan sesuatu di kepala dan menderita luka parah atau meninggal, karena belum ada helm waktu itu.
"Mereka secara manual menurunkan karung-karung batubara dan membawanya ke dalam kapal dan menaruhnya di ruang bawah - ini tugas yang cukup berbahaya secara fisik dan untuk jangka panjang menimbulkan masalah pernafasan. Memang belum ada studi mengenai ini, tapi banyak anggota Angkatan Laut menderita penyakit paru-paru di hari tuanya," tuturnya.
Petualangan
Kendati harus bekerja keras secara fisik dan meninggalkan keluarga untuk waktu yang lama, banyak anak muda masuk Angkatan Laut untuk mencari petualangan dan menghindari kondisi yang memburuk di dalam negeri pada masa perang.
"Angkatan Laut menyediakan makan dan gaji secara teratur, dan kesempatan melihat dunia - segi-segi ini cocok bagi seorang pemuda yang mencari petualangan," kata Dr Stevens.
Program perekrutan dibuka dan banyak yang mendaftar. Dimulai dengan sekitar 230 orang di tahun 1911 dan bertambah menjadi 3.000 sampai 4.000 di tahun 1913.
Meski makanannya tidak terlalu enak, tapi teratur, yang mungkin lebih baik dari pada kondisi di rumah di Australia. "Setelah beberapa hari di laut, semua buah-buahan dan sayur-sayuran segar habis," kata Dr Stevens.
Karena lemari es masih jarang, jadi daging tidak tahan lama. Mereka harus menunggu tiba di sebuah pelabuhan untuk mendapatkan buah-buahan dan sayur-sayuran segar atau makan makanan kaleng.
Pada waktu itu, Australia menerapkan latihan militer wajib. Anak laki-laki berusia 12 dan 14 akan didaftar sebagai kadet dan akan menjadi milisi pada waktu mereka sudah lebih dewasa dan lebih berpengalaman.
Dr Stevens mengatakan, karena tuntutan pekerjaan fisik yang berat dan lamanya mereka berada jauh dari keluarga, sebagian besar anggota Angkatan Laut berusia kurang-lebih 20 tahun.
"Mereka menandatangani kontrak untuk periode tertentu, biasanya lima sampai tujuh tahun," katanya.
Karena kebijakan imigrasi Australia pada waktu itu, anggota Angkatan Laut hampir semuanya keturunan Inggris. "Waktu itu berlaku Kebijakan Australia Putih, sehingga sulit bagi seorang yang bukan keturunan Inggris untuk menjadi warganegara Australia," kata Dr Stevens.