REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Setidaknya 82 orang tewas dan sejumlah orang hilang setelah kapal yang mengangkut imigran dari Afrika tenggelam di dekat Pulau Lampedusa, Sisilia pada Kamis.
Wali Kota Lampedusa, Giusy Nicolini mengatakan 82 korban tewas telah ditemukan, sebagian besar adalah warga Somalia dan Eritrea. Jumlah korban tewas kemungkinan meningkat dan jasad mereka diletakkan di dermaga.
"Ini mengerikan, seperti kuburan. Mereka masih membawa jasad yang lain keluar," katanya.
Petugas penjaga pantai mengatakan diperkirakan kapal itu membawa 400 hingga 500 imigran saat tenggelam, dan sampai saat ini baru 150 orang yang berhasil diselamatkan.
Ribuan imigran dari Afrika tiba di Italia setiap tahun dengan menggunakan kapal-kapal yang tidak aman dan penumpang melebihi kapasitas. Sebagian besar imigran itu menuju Lampedusa, pulau kecil berjarak sekitar 113 km dari pantai Tunisia.
Jumlah imigran tersebut tahun ini bertambah ribuan orang akibat perang sipil di Suriah, sebagian besar diantaranya mendarat di pantai timur Sisilia dari Mesir.
Empat kapal penjaga pantai dan polisi serta dua helikopter sudah berada di lokasi kejadian, sementara sebuah kapal sepanjang 20 meter sudah diidentifikasi berada dalam air setelah terbakar dan tenggelam, kata petugas.
Menteri Perhubungan Maurizio Lupi mengatakan ia masih terus mengikuti perkembangan terkini terkait kasus tersebut, dan jumlah korban tewas diperkirakan bertambah. Petugas penjaga pantai Floriana Segreto mengatakan operasi penyelamatan masih terus berlanjut.
Sebuah kapal nelayan yang pertama kali mengetahui kejadian itu pada pukul 7.20 pagi memberitahu petugas dan mulai membantu mengangkat korban ke atas kapal sebelum penjaga pantai tiba di lokasi kejadian.
Insiden tersebut terjadi hanya empat hari setelah 13 imigran tenggelam akibat kapal yang mereka tumpangi kandas di timur Sisilia.
Lupi mengatakan perlu lebih banyak langkah dilakukan untuk mencegah oknum perdagangan manusia yang mengatur perjalanan para imigran dengan kapal yang melebih kapasitas dan tidak aman.
"Ini tugas yang harus diemban oleh kita, masyarakat internasional maupun masyarakat Eropa," kata Lupi dalam sebuah pernyataan.