Jumat 04 Oct 2013 11:06 WIB

Renovasi Diri dan Saksi Cakar Besi Masjidil Haram

Masjidil Haram
Foto: erick yusuf
Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID, Terjadi perbincangan yang menarik disela-sela "rehat kaki", ya begitu kami menyebutnya. Rehat kaki adalah mengistirahatkan sejenak kaki yang kaget karena terus diforsir untuk thawaf .

Ketika haji atau umroh, seringkali jamaah memperbanyak thawaf sunnah karena itulah salah satu keistimewaan ibadah di Masjidil Haram. Perbincangan yang menariknya ketika salah satu dari kami menyebutkan bahwa jamaah haji tahun ini (2013), tidak dapat melihat keindahan masjidil Haram, dikarenakan renovasi besar masjid.

Menurutnya jika beberapa tahun kebelakang, jamaah dapat berhaji sekaligus melihat kemegahan dan keindahan Masjidil Haram.

Memang saat ini, menara-menara besi pengangkut baja, beton, dsd. terlihat menjulang mengelilingi masjid bagai cakar raksasa yang hendak menghancurkan masjid. Jika satu-dua tahun ke belakang baru hotel-hotel yang dihancurkan, tapi tahun ini bahkan sudah masuk area masjid.

Tempat thawaf di tingkat dua terpotong (sudah tidak lagi terhubung). Karenanya dibuat tempat thawaf sementara untuk orang yang menggunakan kursi roda ditingkat dua dengan mengambil area thawaf utama. Walhasil bangunan sementara itu memperkecil area thawaf utama, dan sangat mengganggu pemandangan dari dalam masjid ke kabah.

Tak heran jika pemerintah Arab Saudi memotong kuota 20 persen dari seluruh negara. Walaupun jamaah Indonesia yang terbesar, namun Menteri Agama Suryadharma Ali pun ditolak permintaan negosiasi oleh menteri Haji Arab Saudi.

Walhasil ,Indonesia dalam sebuah sumber merugi hingga 800 miliar rupiah. Ya pemotongan kuota itu jika kita langsung melihat kondisi diarea masjidil Haram yang direnovasi barulah kita mengerti.

Area yang sempit dan jamaah yang begitu banyak sangat membahayakan jiwa. Menurut salah satu syekh  bahkan perhitungan pemotongan kuota tersebut sudah dihitung oleh ahlinya dengan menghitung jumlah orang permenitnya dalam satu putaran.

Kembali pada perbincangan "rehat kaki", saya merespons dengan justru kami semua tamu Allah di tahun ini mestinya bangga, karena menjadi saksi sejarah perubahan. Dan memang bebunyian pembangunan, barikade-barikade, serta debu dan menara-menaranya tetap tidak mengganggu kekhusyukan jamaah.

Karena kami ikhlas menjadi tamu Allah. Bahkan ustaz Jojo salah satu pembimbing haji bergurau dengan mengatakan bahwa "tamu itu bagaikan mayit". Terserah yang punya rumah mau di bagaimanakan.

Ya, semoga renovasi masjid yang InsyaAlloh di tahun 2020 akan menjadi jauh lebih indah, jauh lebih besar manfaatnya nanti karena menampung jauh lebih banyak jamaah. Sama seperti hati, ketakwaan dan kehidupan kita semua.

Semoga renovasi masjid menginspirasi kita untuk juga merenovasi diri, hanya jangan menunggu sampai tahun 2020. Hehe..ayo fastabiqul khairan!

@erickyusuf

Pendiri yayasan dakwah iHAQi

Penulis buku "99celoteh kang erickyusuf"

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement