REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Peringatan 40 tahun kemenangan Mesir melawan pasukan Israel berubah menjadi kekerasan berdarah yang menewaskan 51 orang.
Demonstran antikudeta Mesir kembali turun ke jalan pada Ahad (6/10) waktu setempat untuk peringatan tersebut. Menteri Kesehatan Mesir mengatakan, sebanyak 268 orang dilaporkan terluka dalam bentrokan di seluruh negara. Pada Ahad malam, kementrian mengumumkan 408 demonstran ditangkap sepanjang Ahad.
Polisi menembakkan gas air mata dan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumuman massa antikudeta yang mencoba memasuki Tahrir Square. Di tempat itu, massa pro-militer juga berkumpul untuk memperingati perang melawan pasukan Israel di semenanjung Sinai pada 1973.
Di Delga, utara Kairo, sumber dari medis mengatakan polisi menembakkan peluru aktif kepada demonstran yang melempari batu. Satu orang dilaporkan tewas. Dalam laporan Al-Jazeera, massa diperkirakan mencapai 4.000 orang. Massa tersebut ingin menuju Tahrir Square meski ada ancaman kekerasan.
Pasukan keamanan sendiri terdiri dari tiga lapis di alun-alun tersebut. Demonstran dari Ikhwabul Muslimin menggelar sejumlah protes sejak Muhammad Mursi digulingkan dari kursi presiden pada 3 Juli.
Aliansi Antikudeta, koalisi dari berbagai pandangan politik yang menentang militer Mesir, mengajak demonstrasi di berbagai wilayah di Kairo dan berkumpul di Tahrir Square pada sore hari. Sementara, militer telah memperingatkan tidak akan menoleransi adanya protes tersebut.