REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Presiden Argentina, Cristina Fernandez akan dioperasi untuk mengangkat darah beku di otaknya. Hal itu membuat ketidakpastian pengalihan kekuasaan di negara Amerika Selatan tersebut.
Dokter mengatakan operasi akan mengangkat darah beku antara otak dan tengkorak yang menyebabkan gejala mengkhawatirkan. Dokter kepresidenan pada Senin (7/10) telah memerintahkan presiden istirahat selama sebulan setelah menemukan gumpalan yang menekan otaknya dan menyebabkan sakit kepala.
Pada beberapa pasien pembekuan akan diserap kembali ke dalam tubuh dari waktu ke waktu. Akan tetapi, dokter mengatakan kasus Fernandez mendesak setelah dia merasa lemah dan mati rasa di lengan kiri atasnya pada Ahad malam.
"Menghadapi gejala ini, tim memutuskan untuk intervensi bedah," kata dokter rumah sakit dalam sebuah pernyataan yang dilansir Aljazirah.
Operasi melibatkan pengeboran lubang kecil melalui tengkorak untuk menyingkirkan gumpalan darah. Wakil Presiden, Amando Boudou dalam pidatonya berharap yang terbaik untuk presiden akan tetapi tidak menyebut tentang delegasi kekuasaan selama presiden dioperasi.
Boudou juga berada dalam investigasi untuk dugaan korupsi. Pada Senin sore, belum ada pengumuman resmi mengenai pemindahan kekuasaan. Pengacara konstitusional mengatakan konstitusi Argentina menyediakan, tetapi tidak mewajibkan, ada transfer kekuasaan dalam kasus masalah kesehatan.