Selasa 08 Oct 2013 22:39 WIB

Perjanjian Bilateral Dinilai Lebih Untungkan dari Keputusan APEC

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa (kedua kiri) dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (ketiga kanan) memimpin APEC Ministerial Meeting (AMM) di Nusa Dua, Bali, Jumat (4/10).
Foto: Antara//Widodo S. Jusuf
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa (kedua kiri) dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (ketiga kanan) memimpin APEC Ministerial Meeting (AMM) di Nusa Dua, Bali, Jumat (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kesepakatan bilateral di antara negara-negara peserta Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) lebih menguntungkan daripada keputusan dalam forum KTT tersebut.

"Keputusan dalam forum KTT APEC tidak mengikat dan hanya bersifat imbauan," kata pakar ekonomi, Rizal Ramli di Jakarta, Selasa (8/10).

Menurut dia, keputusan yang mengikat dan memberikan keuntungan lebih besar kepada Indonesia adalah keputusan kerja sama di antara negara-negara peserta APEC yakni kerja sama bilateral.

Indonesia, kata dia, hendaknya memanfaatkan forum KTT APEC untuk melobi kepada negara-negara maju guna membuat perjanjian bilateral menanamkan investasinya di Indonesia, misalnya di bidang infrastruktur.

Kandidat calon presiden alternatif ini menambahkan, pertemuan APEC di Bali pada 4-8 Oktober ini, lebih banyak merespon perkembangan ekonomi dunia.

"APEC diselenggarakan Indonesia dengan anggaran sekitar Rp380 miliar, tapi manfaatnya hanya menjadi ajang promosi negara dan memperkenalkan Bali daerah kunjungan wisata," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Rizal Ramli juga mempertanyakan apakah melalui forum KTT APEC ini Indonesia bisa menyelesaikan tiga persoalan utamanya yakni, ketidakmandirian pangan, pengembangan potensi energi alternatif, dan serta penciptaan lapangan kerja.

Rizal menjelaskan, Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki lahan sangat luas tapi sebagian bahan pangan utama mengimpor dari negara lain. Ia menilai impor bahan pangan karena pemerintah kurang berpihak kepada petani dan kepentingan dalam negeri.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement