REPUBLIKA.CO.ID, MEDELLIN -- Geng jalanan di kota kosmopolitan Medellin, Kolombia melelang keperawanan gadis berusia 10-15 tahun. Mereka merekrut para gadis untuk dilelang kepada bandar narkoba dan turis asing. Para gadis tersebut diseleksi dari penampilannya. Mereka kemudian didekati pemimpin geng atau gadis lain yang telah terlibat di dalam geng atau perekrut.
"Mereka mulai mengiming-imingi mereka dengan tunjangan dari gaya hidup konsumerisme. Mereka menawari pada gadis baju bermerek, perjalanan ke restoran mewah, wiski dan kokain, dan gadis itu berakhir di jaringan mereka," ungkap Direktur NGO Corporacion Consyltoria de Conflicto Urabano (C3), Luis Pardo dikutip The Independent, Rabu (9/10).
Setelah masuk ke dalam geng, gadis-gadis itu berada di bawah perlindungan mereka. "Ketika seorang gadis diputuskan untuk dilelang, tidak seorang pun di lingkungannya dapat menyentuhnya...tidak ada yang bisa mengambil keperawanannya," ujar Pardo.
Keluarga anak perempuan juga terjebak dalam kejahatan terorganisasi. Jika mereka menerima tawaran dari geng, mereka akan menerima bantuan keuangan untuk mengurangi kemiskinan. Jika mereka menolak, mereka bisa meninggalkan rumah dan menjadi bagian dari 10 ribu pengungsi di kota setiap tahun. Mereka juga bisa tewas terbunuh oleh penembak atau ketukan di pintu akan menjadi sinyal terakhir kali mereka hidup.
Dalam laporan itu, geng tidak hanya mengontrol kegiatan kriminal. Mereka juga mengatur kehidupan sehari-hari. Mereka bahkan menyelesaikan perselisihan antara tetangga hingga memeras. Berdasarkan investigasi C3, klien terpercaya akan dikontak melalui jaringan geng dan ditawari brosur lelang anak. Kostumer diberi akses nomor PIN untuk mengikuti lelang di situs. Harga paling tinggi yang ditemukan C3 adalah lima juta peso untuk mengambil keperawanan seorang gadis.
Saat lelang selesai, situs dimatikan dan brosur dimusnahkan. Setelah itu, para gadis jarang yang kembali kepada keluarga mereka. Para gadis itu semakin jatuh dalam dunia bawah tanah Medellin. "Apa yang terjadi adalah para gadis punya kehidupan yang lain karena mereka punya uang dan dengan uang itu mereka mengakses narkoba," ujar pekerja muda yang diwawancarai.
Otoritas Medellin mengatakan mereka mewaspadai praktek tersebut tetapi usaha untuk menghentikannya minim karena isu tersebut sepi. Mereka juga mengatakan banyak anak yang ditumbuhkan untuk perdagangan seks secara volunter. "Dari usia yang sangat muda mereka melihat kondisi itu sebagai sesuatu yang biasa, sesuatu yang normal," ujar Jesus Sanchez dari ombudsman HAM Medellin.