Kamis 10 Oct 2013 12:59 WIB

Syarikat Islam Gugat Kebangkitan Nasional 20 Mei

Ketua Umum Syarikat Islam, H Rahardjo Tjakraningrat
Foto: Heri Ruslan/ REPUBLIKA Online
Ketua Umum Syarikat Islam, H Rahardjo Tjakraningrat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syarikat Islam (SI) mendesak Pemerintah RI untuk mengevaluasi kembali penetapan kelahiran Boedi Oetomo 20 Mei 1908 sebagai hari Kebangkitan Nasional.

"Pemerintah perlu mempertimbangkan hari kelahiran Syarikat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905 sebagai momentum penting dari gerakan Syarikat Islam yang memang diyakini sebagai pemicu bangkitnya semangat kebangsaan untuk mencapai Indonesia Merdeka sebagai Hari Kebangkitan Nasional," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Syarikat Islam, H Rahardjo Tjakraningrat dalam acara Milad SI ke-108 di Wisma PKBI, Jakarta, Kamis (10/10).

Menurut Rahardjo, dilihat dari fata sejarah, SDI yang didirikan H Samanhudi pada 16 Oktober 1905 di Laweyan, Solo adalah sebauh peristiwa penting yang menandai munculnya sebuah keberanian untuk berbeda dan keluar dari kebijakan penjajah di bidang ekonomi.

"H Samanhudi yang mendirikan SDI adalah sebuah manifestasi dari kesadaran untuk membela pedagang pribumi yang terpinggirkan dan diperlakukan diskriminatif oleh pemerintah kolonial Belanda," tutur Rahardjo.

Ia menegaskan, meski organisasi SDI adalah sebuah perkumpulan tanpa akte pendirian, tetapi keberaniannya untuk mendirikan SDI adalah sebuah pencerminan sikap kepeloporan dan heroisme kebangsaan yang nyata dan belum dilakukan siapapun pada waktu itu.

Rahardjo menambahkan, SDI yang kemudian bermertamorfosis menjadi Syarikat Islam adalah rangkaian dan proses peran-peran kesejarahan yang konsisten, berkelanjutan dengan daya eksis yang luar biasa hingga saat ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement