REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syarikat Islam (SI) mendesak Pemerintah RI untuk mengevaluasi kembali penetapan kelahiran Boedi Oetomo 20 Mei 1908 sebagai hari Kebangkitan Nasional.
"Pemerintah perlu mempertimbangkan hari kelahiran Syarikat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905 sebagai momentum penting dari gerakan Syarikat Islam yang memang diyakini sebagai pemicu bangkitnya semangat kebangsaan untuk mencapai Indonesia Merdeka sebagai Hari Kebangkitan Nasional," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Syarikat Islam, H Rahardjo Tjakraningrat dalam acara Milad SI ke-108 di Wisma PKBI, Jakarta, Kamis (10/10).
Menurut Rahardjo, dilihat dari fata sejarah, SDI yang didirikan H Samanhudi pada 16 Oktober 1905 di Laweyan, Solo adalah sebauh peristiwa penting yang menandai munculnya sebuah keberanian untuk berbeda dan keluar dari kebijakan penjajah di bidang ekonomi.
"H Samanhudi yang mendirikan SDI adalah sebuah manifestasi dari kesadaran untuk membela pedagang pribumi yang terpinggirkan dan diperlakukan diskriminatif oleh pemerintah kolonial Belanda," tutur Rahardjo.
Ia menegaskan, meski organisasi SDI adalah sebuah perkumpulan tanpa akte pendirian, tetapi keberaniannya untuk mendirikan SDI adalah sebuah pencerminan sikap kepeloporan dan heroisme kebangsaan yang nyata dan belum dilakukan siapapun pada waktu itu.
Rahardjo menambahkan, SDI yang kemudian bermertamorfosis menjadi Syarikat Islam adalah rangkaian dan proses peran-peran kesejarahan yang konsisten, berkelanjutan dengan daya eksis yang luar biasa hingga saat ini.