REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Militan bersenjata menculik Perdana Menteri LIbya, Ali Zeidan pada Kamis (10/10) subuh dan membawanya ke lokasi yang belum diketahui.
Kelompok bersenjata mengawal perdana menteri dari Hotel Corinthian di Tripoli dalam sebuah konvoi. Saksi melaporkan tidak ada tembakan dalam insiden itu. Kantor Zeidan awalnya menyebut penculikan itu hanya sebuah gosip di halaman resmi Facebook. Akan tetapi, pembaruan status menulis mereka dipaksa penculik untuk menyangkal laporan tersebut.
Dalam laporan CNN, Kamis, kelompok militan membangkang sejak revolusi yang menjatuhkan Moammar Gadhafi dua tahun lalu. Militan di utara negara tersebut menginginkan otonomi yang lebih dari pemerintah pusat dan membatasi produksi minyak Libya, yang merupakan sumber utama pendapatan ekspor.
Bulan lalu, Zeidan mengatakan negara tengah mencoba membangun kembali setelah puluhan tahun di bawah pemerintahan Gadhafi. Dia diterpa laporan Libya sebagai negara gagal. "Kami mencoba membangun negara dan kami tidak malu," ujar Zidan.
Dia mengatakan dunia luar berpendapat Libya adalah negara gagal. Menurutnya, Libya dihancurkan Gadhafi selama 42 tahun serta satu tahun penuh perah saudara. "Dan itulah mengapa kami mencoba membangun kembali," ujarnya.