REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Dua pentolan Liga Pertahanan Inggris (EDL), Tommy Robinson dan Kevin Carroll memutuskan meninggalkan organisasi yang mereka besarkan. Mereka merasa EDL tidak sesuai lagi dengan ide-ide demokrasi.
"Saya mengakui ada usaha ekstremis sayap kanan melawan perkembangan umat Islam. Tapi seharusnya tidak dengan kekerasan melainkan dengan ide-ide demokrasi," kata dia seperti dilansir Sydney Morning herald, Kamis (10/10).
Selama berkiprah dengan EDL, keduanya berada dibalik aksi demontrasi yang berakhir dengan kekerasan. Rupanya keduanya jengah dengan aksi demonstrasi yang ternyata tidak sesuai dengan tujuan sebenarnya. "Pada titik ini, kekerasan bukan tujuan saya," kata Robinson.
Selama membangun EDL, keduanya memang tidak bisa menghentikan berapa banyak holigan yang masuk ke dalam EDL. Mereka inilah yang kemudian sulit dikontrol Robinson dan Caroll. Keduanya pun jadi sasaran aparat yang terlanjur gerah ulah para anggota EDL itu.
Secara terpisah, Mohammed Shafiq, Direktur Eksekutif Yayasan Pemuda Muslim Ramadhan, cukup berhati-hati berkomentar soal pengunduran diri Robinson dan Caroll. "Saya sempat bertemu dia, ia menolak serangan menjijikan terhadap Islam dan Muslim. Ia pun meminta maaf kepada rakyat Inggris atas protes yang dibuat," kata dia.
Namun, kata Shafiq, situasi itu bukan diartikan terhentinya pandangan negatif tentang Islam dan Muslim. Kecuali, jika keduanya berkomitmen untuk tidak seperti itu. "Kami tidak bisa tenang begitu saja dengan pengunduran diri Robinson dan Caroll, sebelum pandangan negatif itu hilang," kata dia.
Keith Vaz, anggota Parlemen dari Leicester menilai pengunduran diri ini perlu dijadikan contoh kepada siapapun yang menghasut kebencian. "Mereka juga harus dorong orang lain mengundurkan diri," kata dia.