REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, adanya kontruksi fisik proyek mass rapid transit (MRT) mau tidak mau pasti akan berdampak pada kemacetan. Meski demikian, katanya, pemerintah sudah siap menyiapkan antisipasi agar dampak kemacetan yang akan timbul bisa diminimalisir.
"Kita ngomong apa adanya saja, ini pasti akan tetap menimbulkan kemacetan di titik-titik tertentu," katanya usai menghadiri acara groundbreaking MRT, Kamis (10/10).
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Udar Pristono mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan Traffic Manajemen During Contraction (TMBC) untuk pengaturan lalu lintas selama kontruksi. Dia menjelaskan, sepanjang jalur kontruksi MRT mulai dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia pasti akan terjadi penyempitan jalan. Meskipun demikian, menurut Pristono, adanya penyimpatan jalan itu akan langsung dikonversi dengan pelebaran jalan.
"Lebar jalan dipertahankan, jadi tidak ada yang berkurang jumlah lajurnya," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, kata dia, pengangkutan barang atau loading alat berat untuk keperluan kontruksi dilakukan pada malam hari, mulai pukul 02.00 WIB hingga 05.00 WIB. Sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas pada jam sibuk.
Lebih lanjut Pristono mengatakan, pihaknya juga akan menyiapkan jalur alternatif di sepanjang koridor yang akan dibangun MRT. Di titik-titik tersebut, lanjut dia, Dinas Perhubungan akan menyiapkan rambu-rambu untuk mengarahkan pengendara menuju jalur alternatif.
"Di situlah butuh pengertian dari masyarakat, supaya jangan melewati jalan-jalan yang padat tadi," kata dia.
Sementara itu, saat ini PT MRT juga sudah melakukan sosialisasi mengenai proyek tersebut melalui flyer yang dibagikan pada pengendara. Flyer atau selebaran itu berisi permohonan maaf karena dampak kemacetan yang ditimbulkan MRT. Selain flyer, sejumlah spanduk yang berisi informasi serupa juga mulai terlihat di sejumlah jalan di ibu kota.