REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Rhenald Kasali mengatakan lemahnya sektor pembiayaan membuat inovasi menjadi stagnan. "Masalahnya adalah pembiayaan untuk melakukan inovasi," ujar Rhenald Kasali dalam acara Forum Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi di Jakarta, Kamis (10/10).
Dia mengatakan bank sulit memberikan modal karena inovasi mempunyai resiko yang tinggi. "Salah satu solusi adalah menggunakan prinsip gotong royong," ungkapnya.
Dia menjelaskan dengan prinsip gotong royong, individu yang mempunyai modal bisa membiayai penelitian. "Penelitian itu tidak serta-merta menghasilkan hasil. Dananya bisa sampai 10 tahun baru kembali," kata dia.
Praktik seperti itu sudah berlangsung sejak lama di Barat. Alhasil, inovasi di Barat lebih maju dibandingkan negara lainnya. Selain sektor pembiayaan, yang jadi penghambat adalah pola pikir peneliti yang masih sempit. "Pikirannya internal. Peneliti benar, tapi masyarakat melihatnya malah ribet. Sementara pasar melihat sebaliknya," lanjut dia.
Rhenald mengatakan perkawinan pemikiran tidak terjadi di Tanah Air, sehingga membuat pola pikir peneliti jadi sempit. Parar bidang ekonomi tersebut juga melihat pola pengajaran yang menghafal juga membuat generasi muda enggan untuk berinovasi.