BANDAR SERIBENGGAWAN, -- KTT Asia Timur (EAS) di Brunei ditutup dengan sejumlah hasil penting namun belum ada terobosan besar terhadap tantangan keamanan yang paling mendesak wilayah Laut Cina Selatan.
KTT EAS melibatkan 10 negara ASEAN plus AS, Cina, Rusia, Jepang, India, Australia dan Selandia Baru.
Sidang pleno EAS tahun ini EAS dilaksanakan berlawanan dengan pertemuan tahunan pemimpim ASEAN yang digelar secara tertutup agar bebas berdiskusi dan terbuka diantara para pemimpin EAS.
Namun demikian, hasil signifikan dari pertemuan disampaikan dalam sebuah pernyataan oleh Sultan Brunei yang memimpin pertemuan itu dan semua negara EAS mengadopsi pernyataan itu.
Jadi apa yang terpenting dari pertemuan itu?
Laut Cina Selatan
Sultan Brunei mencatat “momentum yang baik” antara negara negara ASEAN dan Cina atas rebutan wilayah Laut Cina Selatan dan perkembangan kode etik atas persoalan itu.
Tapi hal itu bisa diartikan sebagai pesan langsung ke Amerika Serikat dari Perdana Menteri Cina Li Keqiang yang mengingkatkan agar negara-negara yang tidak terlibat langsung agar tetap menjauh dari sengketa.
Dia juga mengatakan bahwa kebebasan navigasi di Laut China Selatan belum dan tidak akan pernah menjadi masalah .
Buat Australia isu ini penting dan menimbulkan kekhawatiran karena 60 persen dari perdagangan Australia melewati wilayah tersebut .
PM Australia Tony Abbott mengatakan selalu ada resiko konflik di kawasan itu, tapi forum seperti EAS menolong untuk mengeyampingkan resiko.
Pemimpin absen
Ada dua kepala pemerintahan yang absen pada KTT tahun ini yakni Presiden Amerika Serikat Barack Presiden Rusia Vladimir Putin.
Keduanya diwakili hanya oleh menteri luar negeri, tetapi tidak adanya Obama akan memberanikan perwakilan Cina, terutama menyangkut isu seperti Laut Cina Selatan.
Ketahanan pangan
Pertemuan KTT mengadopsi deklarasi ketahanan pangan, yang menjadi tema utama diskusi tahun ini.
Para pemimpin membicarakan pentingnya berbagi informasi soal praktik produksi pangan, mempromosikan gaya hidup sehat dan gizi serta kerjasama pengelolaan air, perikanan berkelanjutan dan mitigasi perubahan iklim.
Sultan berbicara
Penyelenggara dan pemimpin KTT EAS tahun ini adalah negara Islam kecil Brunei yang merupakan bekas protektorat Inggris dan salah satu negara terkaya di Asia jika diukur dengan PDB per kapita.
Negara ini diperintah oleh keluarga kerajaan yang sama selama lebih dari enam abad dan pertemuan para pemimpin dunia kali ini meminta peristiwa langka dimana Sultan menggelar konferensi pers.
Yang signifikan juga adalah kenyataan bahwa sebelumnya negara Myanmar dan presiden Thein Sein sekarang mengambil alih kursi kepemimpinan bergilir ASEAN.
Abbott di panggung Asia
KTT di Brunei KTT merupakan forum regional kedua dalam sepekan buat PM Australia Tony Abbott setelah APEC di Bali.
Dia juga menemui sejumlah negera sahabat termasuk dengan Jepang, Korea Selatan, Cina, India dan Vietnam.
Topik perdagangan menjadi prioritas, namun Abbott juga memperoleh janji dari Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk mengunjungi Australia
Dalam pertemuan bilateral perdananya sebagai Perdana Menteri, Abbott memilih untuk tidak mengejar topik sulit seperti penangkapan ikan paus dalam diskusi dengan Abe dan hak asasi manusia dengan PM Cina.